Thursday, April 29, 2010

NGARAJAH KALA SUNDA

Kompas Jabar, Forum, 22 Maret 2009
Gambar: www.reformata.com

Oleh SOBIRIN

Rajah adalah doa atau jampe yang biasanya dilagukan, supaya hidup selamat lahir batin. Ngarajah Kala Sunda, dapat diartikan berdoa mengantisipasi kejadian-kejadian alam yang mungkin dapat melanda kita, seperti diisyaratkan dalam kalender tradisional Kala Sunda, agar hidup kita selamat.




Dalam Kamus Basa Sunda yang disusun oleh R.A.Danadibrata (2006), rajah disebutkan sebagai doa atawa jampe nu biasana dilagukeun, memeh prak mantun supaya salamet lahir batin. Ngarajah Kala Sunda, dapat diartikan berdoa mengantisipasi kejadian-kejadian alam yang mungkin dapat melanda kita, seperti diisyaratkan dalam kalender tradisional Kala Sunda, agar hidup kita selamat.

Sejak tahun 2005, lima tahun telah berlalu, ketika kalender tradisional Kala Sunda resmi diperkenalkan kembali oleh Abah Ali Sastramidjaya almarhum, Roza Mintaredja dan kawan-kawan. Banyak yang menyambut hangat kehadiran Kala Sunda ini, tetapi banyak pula yang mempertanyakan tentang asal-usul dan manfaatnya. Saya termasuk yang sangat menyambut baik Kala Sunda, karena dari sisi lingkungan sangat dapat dimanfaatkan untuk alat peringatan dini tradisional terhadap peristiwa-peristiwa alam yang terjadi di sekitar kita.

Kalender lingkungan

Kala Sunda terdiri dari tiga kalender, yaitu Surya Kala Saka Sunda, Chandra Kala Saka Sunda, dan Sukra Kala Saka Sunda, yang semuanya berkaitan erat dengan kejadian dan kehidupan alam, sehingga sangat pantas bila Kala Sunda disebut sebagai kalender lingkungan.

Pertama, mengenai Surya Kala Saka Sunda yang didasarkan pada posisi matahari dilihat dari muka bumi. Surya Kala Saka Sunda ini dibagi menjadi 12 sasih (bulan) dalam setahun, yaitu Kasa, Karo, Katilu, Kapat, Kalima, Kanem, Kapitu, Kawalu, Kasanga, Kadasa, Desta, dan Sada.
Awal tahun Kala Sunda jatuh pada sasih Kasa, ketika matahari tepat meninggalkan posisinya di paling selatan pada 23,5 derajat Lintang Selatan, pada tanggal 22 Desember, untuk selanjutnya bergeser menuju ke utara.
Tengah tahun Kala Sunda jatuh pada sasih Kapitu, ketika matahari tepat meninggalkan posisinya di paling utara pada 23,5 deradjat Lintang Utara, pada tanggal 21 Juni, untuk selanjutnya bergeser menuju ke selatan.
Perubahan posisi matahari ini berpengaruh pada usum (musim) di Tatar Sunda ini.
Sasih Kasa, Karo, Katilu disebut sebagai usum ngijih (musim hujan), sering terjadi bencana banjir dan longsor. Bahkan pada sasih Katilu, sekitar tanggal 1 Maret, ketika matahari tepat di atas Tatar Sunda, sering terjadi angin ribut atau puting beliung yang dapat merobohkan rumah dan pohon-pohonan.
Sasih Kapat, Kalima, Kanem disebut sebagai usum dangdangrat (musim pancaroba menjelang musim kemarau), biasanya ditandai oleh munculnya serangga turaes atau tonggeret (Tibicen linnei) yang berbunyi nyaring menyambut berakhirnya musim hujan.
Sasih Kapitu, Kawalu, Kasanga disebut sebagai usum halodo (musim kemarau), sungai-sungai berkurang airnya, dan sawah-sawah mengalami kekeringan.
Sasih Kadasa, Desta, Sada disebut sebag usum labuh (musim pancaroba menjelang musim hujan).
Istilah labuh dapat dibaca dalam Kamus Lengkap Sunda-Indonesia yang disusun oleh Budi Rahayu Tamsyah (1968), yang artinya musim turun ke sawah karena mulai ada hujan. Pada sasih Kadasa, tepatnya sekitar tanggal 13 Oktober, ketika matahari kembali tepat di atas Tatar Sunda, juga sering terjadi angin ribut atau puting beliung, yang dapat merobohkan rumah dan pohon-pohonan.


Kedua, mengenai Chandra Kala Saka Sunda yang didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi. Chandra Kala Saka Sunda ini sebenarnya manfaatnya sangat besar untuk warga pesisir, karena dapat mengantisipasi kapan datangnya gelombang pasang laut. Di daerah Indramayu, gelombang pasang ini biasa disebut sebagai “ombak jedor” yang dapat merusak dan merendam permukiman di pantai. Dalam Chandra Kala Saka Sunda, gelombang pasang ini terjadi ketika suklapaksa yaitu bulan purnama, dan ketika kresnapaksa yaitu bulan gelap atau bulan mati.

Ketiga, mengenai Sukra Kala Saka Sunda yang didasarkan pada posisi rasi bintang dilihat dari muka bumi. Kemunculan bentang Waluku (rasi Orion) dan bentang Kerti (rasi Pleyades) pada bulan tertentu di ufuk timur pada saat fajar menyingsing adalah pertanda datangnya musim hujan, dan kemunculan bentang Lumbung (rasi Crux) dan bentang Kalapadoyong (rasi Scorpion) pada bulan tertentu di ufuk timur pada saat fajar menyingsing adalah pertanda datangnya musim kemarau.


Ngarajah setiap saat

Pertanyaannya, apakah kalender tradisional Kala Sunda ini masih cocok dengan situasi dan kondisi sekarang? Sangat sedikit referensi tertulis peninggalan jaman dulu mengenai Kala Sunda ini, apalagi yang berkaitan dengan lingkungan, karena nenek moyang kita lebih banyak mewariskan ilmu ke generasi berikutnya dengan cara lisan, yang faktanya lama kelamaan hilang tidak tercatat. Apalagi sekarang telah berkembang ilmu-ilmu modern tentang cuaca dan iklim, dan juga muncul isu tentang perubahan iklim, maka semakin banyak pihak yang mengatakan bahwa kalender Kala Sunda dan kalender-kalender tradisional sejenis di muka bumi ini hanya merupakan primbon belaka.

Saya justru berfikir sebaliknya. Dengan adanya ilmu-ilmu modern yang semakin akurat dalam prakiraan cuaca dan iklim, maka akan dapat ditelusuri sejauh mana ilmu Kala Sunda ini telah begeser, atau tidak cocoknya seberapa jauh. Menurut saya, Kala Sunda perlu digali kembali berdasar konsep-konsep ilmu modern, sehingga akan menjadi cocok dan akurat sebagai ilmu iklim tradisional yang merakyat dengan bahasa rakyat dan bermanfaat untuk antisipasi, mitigasi, dan adaptasi terhadap ancaman-ancaman bencana lingkungan yang mungkin akan terjadi. Paling tidak dengan sosialisasi Kala Sunda, diharapkan resiko bencana di Tatar Sunda ini dapat dikurangi.

Agar hidup kita selamat lahir batin, seyogyanya pada setiap awal musim ngijih, dangdangrat, halodo, dan labuh, kita perlu ngarajah Kala Sunda, sebagai upacara kewaspadaan dan peringatan dini secara tradisional terhadap kemungkinan ancaman bencana-bencana lingkungan yang dapat terjadi setiap saat. Jadwal ngarajah Kala Sunda dapat juga dilakukan bersamaan dengan hari-hari peringatan lingkungan yang erat kaitannya dengan kearifan Kala Sunda, misalnya pada hari-hari ini, yang bertepatan dengan peringatan Hari Hutan Sedunia 21 Maret, Hari Air Sedunia 22 Maret, dan Hari Meteorologi Sedunia 23 Maret. Selamat memperingati Hari Hutan Sedunia, Hari Air Sedunia, Hari Metorologi Sedunia, dan selamat ngarajah Kala Sunda untuk keselamatan kita bersama. Amien.

SOBIRIN
Anggota Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda dan Bandung Spirit.

Read More..