Nilai Investasi Pengembangan di Tiga Lokasi Rp 4,5 Triliun
KOMPAS, Jawa Barat, 30 Juli 2009, REK
Foto: www.geothermal-energy.org
Anggota DPKLTS, Sobirin, mengatakan, potensi geotermal di Jabar selayaknya dikelola dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan seluruh warga Jabar. "Namun, jangan sampai eksploitasi ini memicu industri-industri berdiri berdekatan dengan sumber energi, yakni di kawasan lindung," ujarnya.
BANDUNG, KOMPAS - Upaya eksploitasi energi panas bumi (geotermal) di Jawa barat diharapkan tetap memerhatikan kelestarian lingkungan. Meskipun eksplorasi energi ini tergolong ramah lingkungan, pemerintah harus tetap mewaspadai efek samping pembangunan industri yang makin mendekati lokasi eksplorasi.
Anggota Dewan Pakar dari Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda, Sobirin, mengatakan, potensi geotermal yang besar di Jabar selayaknya dikelola dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan seluruh warga Jabar. "Namun, jangan sampai eksploitasi ini memicu industri-industri pendukung eksploitasi yang menginginkan berdiri berdekatan dengan sumber energi, yakni di kawasan lindung," ujarnya, Rabu (29/7).
Bila hal itu terjadi, keseimbangan kawasan lindung akan terganggu. Kerusakan lain akan menyusul, yakni dengan pengurangan jumlah pohon akibat penebangan untuk pembangunan lokasi industri. Selama ini aktivitas eksploitasi geotermal di mata ahli merupakan kegiatan yang ramah lingkungan. Sebab, keberlangsungan usaha ini amat bergantung pada kelestarian lingkungan.
Geotermal pada dasarnya adalah energi panas bumi berupa uap yang berasal dari air di dalam tanah yang di panaskan oleh magma gunung berapi. Bila jumlah pohon berkurang, otomatis kapasitas air tanah yang bisa diserap pun berkurang. Dampaknya, energi panas bumi tidak bisa lagi dimanfaatkan. "Oleh karena itu, sebisa mungkin memperbanyak pohon guna memperbesar potensi energi yang ditimbulkan," kata Sobirin.
Investasi Rp 4,5 triliun
Menurut catatan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jabar, provinsi ini masih memiliki potensi geotermal 2.949 megawatt (MW) yang tersebar di 36 lokasi. Potensi itu menyumbang 90 persen potensi total geotermal di Indonesia.
Sebelumnya, di Jabar telah beroperasi empat pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dengan kapasitas 770 megawatt elektrik (MWe), yakni Kamojang (140 MWe), Gunung Salak (375 MWe), Darajat (145 MWe), dan Wayang Windu (110 MWe).
Kepala Seksi Data dan Informasi Dinas ESDM Jabar Achmad Fadillah mengatakan, tiga lokasi lain dalam perizinan dari Gubernur Jabar. Tiga lokasi itu ialah di Tangkubanparahu (100 MW), Gunung Tampomas (45 MW), dan Cisolok-Cisukarame (110 MW).
"Perusahaan pemenang tender di ketiga lokasi itu sedang membentuk badan usaha agar bisa mendapatkan izin penambangan dari Gubernur," kata Fadillah. Ketiga pemenang tender itu ialah Tangkubanparahu Geothermal Power (Tangkubanparahu), Konsorsium PT Wijaya Karya-PT Jasa Sarana dan PT Resources Jaya Teknik Management Indonesia (Tampomas), dan Jabar Halimun Geothermal (Cisolok-Cisukarame).
Nilai investasi pengembangan di ketiga lokasi itu diperkirakan mencapai Rp 4,5 triliun. Saat ini ketiganya juga telah menyerahkan uang jaminan pengelolaan senilai masing-masing 10 juta dollar AS. Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengaku sangat antusias mengembangkan potensi geotermal di Jabar. "Pada tahun 2010 akan diupayakan tender pengelolaan di Gunung Ciremai, Gunung Pangrango, dan Gunung Papandayan," katanya. (REK)
Read More..
KOMPAS, Jawa Barat, 30 Juli 2009, REK
Foto: www.geothermal-energy.org
Anggota DPKLTS, Sobirin, mengatakan, potensi geotermal di Jabar selayaknya dikelola dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan seluruh warga Jabar. "Namun, jangan sampai eksploitasi ini memicu industri-industri berdiri berdekatan dengan sumber energi, yakni di kawasan lindung," ujarnya.
BANDUNG, KOMPAS - Upaya eksploitasi energi panas bumi (geotermal) di Jawa barat diharapkan tetap memerhatikan kelestarian lingkungan. Meskipun eksplorasi energi ini tergolong ramah lingkungan, pemerintah harus tetap mewaspadai efek samping pembangunan industri yang makin mendekati lokasi eksplorasi.
Anggota Dewan Pakar dari Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda, Sobirin, mengatakan, potensi geotermal yang besar di Jabar selayaknya dikelola dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan seluruh warga Jabar. "Namun, jangan sampai eksploitasi ini memicu industri-industri pendukung eksploitasi yang menginginkan berdiri berdekatan dengan sumber energi, yakni di kawasan lindung," ujarnya, Rabu (29/7).
Bila hal itu terjadi, keseimbangan kawasan lindung akan terganggu. Kerusakan lain akan menyusul, yakni dengan pengurangan jumlah pohon akibat penebangan untuk pembangunan lokasi industri. Selama ini aktivitas eksploitasi geotermal di mata ahli merupakan kegiatan yang ramah lingkungan. Sebab, keberlangsungan usaha ini amat bergantung pada kelestarian lingkungan.
Geotermal pada dasarnya adalah energi panas bumi berupa uap yang berasal dari air di dalam tanah yang di panaskan oleh magma gunung berapi. Bila jumlah pohon berkurang, otomatis kapasitas air tanah yang bisa diserap pun berkurang. Dampaknya, energi panas bumi tidak bisa lagi dimanfaatkan. "Oleh karena itu, sebisa mungkin memperbanyak pohon guna memperbesar potensi energi yang ditimbulkan," kata Sobirin.
Investasi Rp 4,5 triliun
Menurut catatan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jabar, provinsi ini masih memiliki potensi geotermal 2.949 megawatt (MW) yang tersebar di 36 lokasi. Potensi itu menyumbang 90 persen potensi total geotermal di Indonesia.
Sebelumnya, di Jabar telah beroperasi empat pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dengan kapasitas 770 megawatt elektrik (MWe), yakni Kamojang (140 MWe), Gunung Salak (375 MWe), Darajat (145 MWe), dan Wayang Windu (110 MWe).
Kepala Seksi Data dan Informasi Dinas ESDM Jabar Achmad Fadillah mengatakan, tiga lokasi lain dalam perizinan dari Gubernur Jabar. Tiga lokasi itu ialah di Tangkubanparahu (100 MW), Gunung Tampomas (45 MW), dan Cisolok-Cisukarame (110 MW).
"Perusahaan pemenang tender di ketiga lokasi itu sedang membentuk badan usaha agar bisa mendapatkan izin penambangan dari Gubernur," kata Fadillah. Ketiga pemenang tender itu ialah Tangkubanparahu Geothermal Power (Tangkubanparahu), Konsorsium PT Wijaya Karya-PT Jasa Sarana dan PT Resources Jaya Teknik Management Indonesia (Tampomas), dan Jabar Halimun Geothermal (Cisolok-Cisukarame).
Nilai investasi pengembangan di ketiga lokasi itu diperkirakan mencapai Rp 4,5 triliun. Saat ini ketiganya juga telah menyerahkan uang jaminan pengelolaan senilai masing-masing 10 juta dollar AS. Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengaku sangat antusias mengembangkan potensi geotermal di Jabar. "Pada tahun 2010 akan diupayakan tender pengelolaan di Gunung Ciremai, Gunung Pangrango, dan Gunung Papandayan," katanya. (REK)