Pikiran Rakyat ONLINE, 02 September 2010
Foto: Citarum-Dayeuhkolot, Dok “PRLM”
Menurut Sobirin, informasi yang disampaikan majalah NG itu harus dikaji lebih lanjut. Alasannya, penyebab sungai tercemar disebabkan oleh beragam polutan. Oleh karena itu, perankingan sungai terpolusi sedunia, harus didasarkan pada pembanding yang setara, tidak dibandingkan secara pukul rata.
BANDUNG, (PRLM).- Laporan majalah National Geography yang menyebutkan Citarum sebagai sungai terpolusi sepuluh besar dunia, tidak benar. Pasalnya, berdasarkan jenis polutan, cakupan wilayah yang terpolusi, dan efek yang diakibatkannya, maka dua sungai di dunia, yakni Sukinda di India dan Cubota di Brazil merupakan yang terpolusi sedunia.
Hal itu diungkapkan pengamat lingkungan hidup Sobirin saat dihubungi "PRLM" di Bandung, Rabu sore (1/9). Menurut Sobirin, informasi yang disampaikan majalah NG itu harus dikaji lebih lanjut. Alasannya, penyebab sungai tercemar disebabkan oleh beragam polutan. Oleh karena itu, perankingan sungai terpolusi sedunia, harus didasarkan pada pembanding yang setara. "Tiap sungai memiliki polutan yang berbeda. Jadi, tidak bisa dibandingkan secara pukul rata antara satu sungai dengan sungai lainnya," ujarnya.
Namun, jika dilihat dari bahan pencemar yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, maka Sungai Sukinda paling berbahaya karena telah tercemar oleh polutan kromit. Sementara Sungai Cubota, polutan pemicunya adalah limbah industri. "Citarum memang tercemar, tetapi kedua sungai tersebut jauh lebih tercemar," ucapnya. Oleh karena itu, dia berharap, NG dapat memverifikasi kembali laporan yang menyatakan Citarum terpolusi sedunia. "Harus didukung fakta dan data yang kuat bukan asumsi dan dugaan.
"Saya bukannya membela negara sendiri, tetapi penilaian ini didasarkan fakta, Citarum bukan yang terpolusi sedunia," ujarnya. Laporan NG edisi terkini menyebutkan sekilas bahwa Citarum merupakan sungai paling berpolusi di Bumi. Padahal, sekitar 5 juta orang hidup di dekat sungai tersebut dan mengandalkan Sungai Citarum sebagai sumber air untuk kehidupan sehari-hari. (A-133/das)***
Foto: Citarum-Dayeuhkolot, Dok “PRLM”
Menurut Sobirin, informasi yang disampaikan majalah NG itu harus dikaji lebih lanjut. Alasannya, penyebab sungai tercemar disebabkan oleh beragam polutan. Oleh karena itu, perankingan sungai terpolusi sedunia, harus didasarkan pada pembanding yang setara, tidak dibandingkan secara pukul rata.
BANDUNG, (PRLM).- Laporan majalah National Geography yang menyebutkan Citarum sebagai sungai terpolusi sepuluh besar dunia, tidak benar. Pasalnya, berdasarkan jenis polutan, cakupan wilayah yang terpolusi, dan efek yang diakibatkannya, maka dua sungai di dunia, yakni Sukinda di India dan Cubota di Brazil merupakan yang terpolusi sedunia.
Hal itu diungkapkan pengamat lingkungan hidup Sobirin saat dihubungi "PRLM" di Bandung, Rabu sore (1/9). Menurut Sobirin, informasi yang disampaikan majalah NG itu harus dikaji lebih lanjut. Alasannya, penyebab sungai tercemar disebabkan oleh beragam polutan. Oleh karena itu, perankingan sungai terpolusi sedunia, harus didasarkan pada pembanding yang setara. "Tiap sungai memiliki polutan yang berbeda. Jadi, tidak bisa dibandingkan secara pukul rata antara satu sungai dengan sungai lainnya," ujarnya.
Namun, jika dilihat dari bahan pencemar yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, maka Sungai Sukinda paling berbahaya karena telah tercemar oleh polutan kromit. Sementara Sungai Cubota, polutan pemicunya adalah limbah industri. "Citarum memang tercemar, tetapi kedua sungai tersebut jauh lebih tercemar," ucapnya. Oleh karena itu, dia berharap, NG dapat memverifikasi kembali laporan yang menyatakan Citarum terpolusi sedunia. "Harus didukung fakta dan data yang kuat bukan asumsi dan dugaan.
"Saya bukannya membela negara sendiri, tetapi penilaian ini didasarkan fakta, Citarum bukan yang terpolusi sedunia," ujarnya. Laporan NG edisi terkini menyebutkan sekilas bahwa Citarum merupakan sungai paling berpolusi di Bumi. Padahal, sekitar 5 juta orang hidup di dekat sungai tersebut dan mengandalkan Sungai Citarum sebagai sumber air untuk kehidupan sehari-hari. (A-133/das)***
No comments:
Post a Comment