Majalah Keluarga MUZAKKI, Edisi 70 Tahun ke VI April 2011, halaman 10
Peliput: JH, www.muzakki.com
Foto: Sobirin 2011
Sobirin Supardiyono bukan orang yang memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan kegiatan yang dilakukannya sekarang. Ia lulusan Teknik Geologi di sebuah universitas ternama di Bandung. Masalah sampah yang tak kunjung usai, membuatnya menjadi sesuatu yang harus ditangani secara serius.
“Jika sebuah Desa itu kuat, maka akan melahirkan sebuah Negara yang kuat pula.” Itulah yang dikatakan Sobirin Supardiyono, seorang pemerhati lingkungan yang peduli dengan daur ulang sampah dan kini dapat memetik hasil yang manis dari perjuangannnya untuk masyarakat.
Sobirin Supardiyono bukan orang yang memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan kegiatan yang dilakukannya sekarang. Ia lulusan Teknik Geologi di sebuah universitas ternama di Bandung. Dengan masalah sampah yang tak kunjung usai, minimnya pengetahuan masyarakat tentang pengolahan sampah, ditambah makin menumpuknya sampah rumah tangga, membuatnya menjadi sesuatu yang harus ditangani secara serius. Hal inilah yang membuatnya terjun untuk mengolah sampah menjadi barang bernilai.
Dengan motto mewakafkan sisa umur untuk kemaslahatan sosial dan lingkungan, Ia mengajak semua lapisan masyarakat dan instasi manapun, untuk ikut menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Dukungan dari keluarga pun sangat mempengaruhi keberhasilannya. Ditambah kemauan dan tekad yang tinggi, serta sikap pantang menyerah. Meskipun awalnya ia dicemooh warga sekitar karena mengumpulkan sampah, namun pada akhirnya semuanya menjadi baik.
Sobirin Supardiyono adalah penggagas rumah sehat dan mengelola sampah menjadi bernilai. Cara yang digunakannya dengan jalan mengubah beberapa jenis sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos dan handy craft. Untuk mengolahnya, Ia membentuk struktur keluarga peduli sampah; dan masing-masing bertanggung jawab menjaga kebersihan lingkungannya. Selanjutnya, sampah-sampah itu dipisah antara sampah organik dan non organik. Lalu ditimbun dalam tanah dengan alat yang disebut komposter organik. Setelah beberapa hari, sampah berubah menjadi pupuk kompos yang berkualitas, dapat digunakan untuk pertanian rumah tangga atau dijual.
Dengan memanfaatkan halaman rumah yang cukup luas, Ia pun menggunakannya untuk pertanian rumah tangga. “Untuk sampah plastik, saya membersihkannya terlebih dahulu. Setelah itu dijemur dan diberikan ke pemulung. Air hasil pencucian sampah juga tidak dibuang begitu saja, tapi saya gunakan sebagai pupuk cair setelah disaring dari sisa-sisa kotoran, dan bisa langsung disiram ke tanamannya,”ungkap lelaki yang selalu tampil bersahaja ini.
Cara ini ternyata banyak mengundang perhatian masyarakat luas. Tidak hanya dari masyarakat biasa, namun dari artis hingga masyarakat luar negeri juga datang berkunjung ke kediamannya di Jl. Alfa Cigadung Bandung Jawa Barat. Beberapa hal yang membuatnya tetap eksis dalam kegiatannya ini, ia yakin akan kemampuan, membangun kesadaran diri peduli lingkungan, membangun korelasi pada masyarakat, juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
“Saya dengar, saya ingat. Saya lihat, saya lupa. Saya melihat, dan saya mengerjakannya. Kemudian saya mampu melakukannya,”ujarnya. Tidak lupa, kegiatan yang dilakukan haruslah menjadi budaya diri sendiri. Dengan terciptanya keselarasan dan kebersihan terhadap lingkungan, maka segala bentuk penyakit dan bencana dari sampah akan teratasi. (jh)
Nama : Sobirin Supardiyono
TTL : Gombong, 4 Februari 1944
Profesi : Praktisi Lingkungan (anggota Dewan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat)
Pendidikan : Teknik Geologi, ITB Bandung (1962-1970)
Blog : www.clearwaste.blogspot.com
Peliput: JH, www.muzakki.com
Foto: Sobirin 2011
Sobirin Supardiyono bukan orang yang memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan kegiatan yang dilakukannya sekarang. Ia lulusan Teknik Geologi di sebuah universitas ternama di Bandung. Masalah sampah yang tak kunjung usai, membuatnya menjadi sesuatu yang harus ditangani secara serius.
“Jika sebuah Desa itu kuat, maka akan melahirkan sebuah Negara yang kuat pula.” Itulah yang dikatakan Sobirin Supardiyono, seorang pemerhati lingkungan yang peduli dengan daur ulang sampah dan kini dapat memetik hasil yang manis dari perjuangannnya untuk masyarakat.
Sobirin Supardiyono bukan orang yang memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan kegiatan yang dilakukannya sekarang. Ia lulusan Teknik Geologi di sebuah universitas ternama di Bandung. Dengan masalah sampah yang tak kunjung usai, minimnya pengetahuan masyarakat tentang pengolahan sampah, ditambah makin menumpuknya sampah rumah tangga, membuatnya menjadi sesuatu yang harus ditangani secara serius. Hal inilah yang membuatnya terjun untuk mengolah sampah menjadi barang bernilai.
Dengan motto mewakafkan sisa umur untuk kemaslahatan sosial dan lingkungan, Ia mengajak semua lapisan masyarakat dan instasi manapun, untuk ikut menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Dukungan dari keluarga pun sangat mempengaruhi keberhasilannya. Ditambah kemauan dan tekad yang tinggi, serta sikap pantang menyerah. Meskipun awalnya ia dicemooh warga sekitar karena mengumpulkan sampah, namun pada akhirnya semuanya menjadi baik.
Sobirin Supardiyono adalah penggagas rumah sehat dan mengelola sampah menjadi bernilai. Cara yang digunakannya dengan jalan mengubah beberapa jenis sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos dan handy craft. Untuk mengolahnya, Ia membentuk struktur keluarga peduli sampah; dan masing-masing bertanggung jawab menjaga kebersihan lingkungannya. Selanjutnya, sampah-sampah itu dipisah antara sampah organik dan non organik. Lalu ditimbun dalam tanah dengan alat yang disebut komposter organik. Setelah beberapa hari, sampah berubah menjadi pupuk kompos yang berkualitas, dapat digunakan untuk pertanian rumah tangga atau dijual.
Dengan memanfaatkan halaman rumah yang cukup luas, Ia pun menggunakannya untuk pertanian rumah tangga. “Untuk sampah plastik, saya membersihkannya terlebih dahulu. Setelah itu dijemur dan diberikan ke pemulung. Air hasil pencucian sampah juga tidak dibuang begitu saja, tapi saya gunakan sebagai pupuk cair setelah disaring dari sisa-sisa kotoran, dan bisa langsung disiram ke tanamannya,”ungkap lelaki yang selalu tampil bersahaja ini.
Cara ini ternyata banyak mengundang perhatian masyarakat luas. Tidak hanya dari masyarakat biasa, namun dari artis hingga masyarakat luar negeri juga datang berkunjung ke kediamannya di Jl. Alfa Cigadung Bandung Jawa Barat. Beberapa hal yang membuatnya tetap eksis dalam kegiatannya ini, ia yakin akan kemampuan, membangun kesadaran diri peduli lingkungan, membangun korelasi pada masyarakat, juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
“Saya dengar, saya ingat. Saya lihat, saya lupa. Saya melihat, dan saya mengerjakannya. Kemudian saya mampu melakukannya,”ujarnya. Tidak lupa, kegiatan yang dilakukan haruslah menjadi budaya diri sendiri. Dengan terciptanya keselarasan dan kebersihan terhadap lingkungan, maka segala bentuk penyakit dan bencana dari sampah akan teratasi. (jh)
Nama : Sobirin Supardiyono
TTL : Gombong, 4 Februari 1944
Profesi : Praktisi Lingkungan (anggota Dewan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat)
Pendidikan : Teknik Geologi, ITB Bandung (1962-1970)
Blog : www.clearwaste.blogspot.com
No comments:
Post a Comment