Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 18 Januari 2008
Foto: Sobirin 2005, Ketika Sampah Bandung Menumpuk
Oleh: SOBIRIN
Berat sampah Kota Bandung tiap hari setara dengan 1.000 ekor gajah. Sampah plastiknya bisa menutupi 50 lapangan sepak bola. Sampah kertasnya setara dengan bubur pulp dari 500 batang pohon. Mari kita hitung secara matematika sederhana.
Inilah gambaran sampah yang diproduksi oleh masyarakat Kota Bandung setiap harinya (angka dibulatkan, dari pengamatan sendiri dan sumber lain): sampah rumah tangga dari 3 juta penduduk Kota Bandung kurang lebih 4.500 m3/hari, sampah pasar 600 m3/hari, kawasan komersial 300 m3/hari, kawasan non komersial 300 m3/hari, kawasan industri 750 m3/hari, sampah jalanan 450 m3/hari, sampah yang dibuang ke saluran 15 m3. Jumlah produksi sampah Kota Bandung 6.915 m3 setiap harinya.
Bagaimana sampah tersebut? Kurang lebih sampah organik 65%, kertas 10%, plastik 2%, pecah belah 1,5%, kain 1%, logam 7,5%, lain-lain 13%.
Bagaimana perilaku warga terhadap sampahnya? Hasil pengamatan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat menunjukkan sebanyak 20% sampah dikumpulkan oleh tukang sampah RT untuk di bawa ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS), 25% dibuang sembarangan, 25% ditimbun ke dalam tanah, 5% dibuang ke sungai, 25% dibakar.
Ketika Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kota Bandung masih nebeng di lahan Perhutani dan sering bermasalah, ketika sarana angkutan sampah terbatas, ketika 90% warga Kota Bandung tidak peduli terhadap sampahnya, ketika rencana Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) masih menjadi konflik, maka yang terjadi adalah tumpukan-tumpukan sampah selalu saja menghiasi sudut-sudut kota. Bau aromanya jauh dari visi Kota Bandung, yaitu menjadi Kota Jasa yang Bermartabat.
Sebagai pelaku Zero Waste, saya sendiri sangat kecewa dengan warga Kota Bandung yang tidak peduli dengan sampahnya. Tiap malam masih banyak warga yang secara gerilya membawa sampah rumah tangganya, lalu dibuang di sudut-sudut jalan. Jorok sekali!
Dengan volume sampah Kota Bandung 6.915 m3 tiap harinya, dan diasumsikan berat jenis sampah 0,25 maka berat sampah Kota Bandung kurang lebih 1.750 ton tiap harinya. Bila seekor gajah ukuran sedang beratnya 1.750 kg, maka berat sampah Kota Bandung setara dengan 1.000 ekor gajah tiap harinya.
Kandungan plastiknya kurang lebih 2%, maka berat komponen sampah plastik di Kota Bandung sebanyak 35 ton tiap harinya. Diandaikan sampah plastik ini semuanya kantong plastik ukuran 75 cm x 40 cm atau 3.000 cm2 dan tiap kantong plastik tersebut beratnya 20 gram, maka 35 ton sampah plastik sama dengan 1.750.000 kantong kresek yang masing-masing berukuran 3.000 cm2, atau luas semuanya menjadi 52,50 hektar, dibulatkan 50 hektar. Sampah plastik seluas itu bisa menutupi 50 lapangan sepak bola.
Sampah kertas kurang lebih 10%, sama dengan 175 ton tiap harinya. Bila berat jenis kertas sama dengan 0,50 maka volume sampah kertas sama dengan 350.000 liter atau 350 m3. Bila 1 bagian kayu bisa menjadi 0,25 bagian kertas, maka 350 m3 kertas setara dengan 1.400 m3 kayu. Bila 1 pohon menghaslkan 3 m3 kayu, maka 1.400 m3 kayu setara dengan kurang lebih 500 pohon.
Mohon dibayangkan berat sampah Kota Bandung tiap harinya setara dengan 1.000 ekor gajah, sampah plastiknya tiap hari bisa menutupi 50 lapangan sepak bola, dan sampah kertasnya tiap hari berasal dari menebang 500 batang pohon.
Bila warga Kota Bandung tetap tidak peduli terhadap sampahnya, berarti memang tidak peduli lagi terhadap keberlanjutaan kotanya. Tunjukkanlah padaku sebuah kota, maka saya akan tahu seperti apa warga kotanya. Bagaimana matematika sampah di kota anda?
No comments:
Post a Comment