Suara Pembaruan Daily, 22/3/05
Foto: Satrya, Pikiran Rakyat, 11 Maret 2006, Banjir Bandung
BANDUNG -
Provinsi Jawa Barat (Jabar) mengalami kelebihan air mencapai 72 miliar meter kubik/tahun dari potensi air yang dimilikinya mencapai 80 miliar meter kubik/tahun. Kelebihan air itu membuat sebagian wilayah provinsi tersebut mengalami musibah bencana banjir dan longsor pada musim penghujan.
"Potensi air yang baru dimanfaatkan oleh penduduk Jabar hanya delapan miliar meter kubik/tahun, padahal kebutuhan terhadap air mencapai 17 miliar meter kubik/tahun," kata Anggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Supardiyono Sobirin, di Bandung, Senin (21/3).
Berkaitan dengan Peringatan Hari Air Sedunia, Supardiyono Sobirin menyatakan akibat kelebihan air tersebut Provinsi Jabar sering mengalami banjir pada musim hujan, tetapi sebaliknya menderita kekeringan dan defisit air pada musim kemarau.
Ia menambahkan penyebab dari kelebihan air tersebut adalah kerusakan alam yang serius dan lebih dari separuh hutan hilang sehingga Jabar tidak lagi memiliki kawasan yang dapat menyangga lingkungan hidup dan kestabilan persediaan air.
Dicontohkan, persentase polusi di Sungai Citarum mencapai 47,1 persen, sedangkan di Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane mencapai 47,4 persen.
Untuk mengatasi kelebihan air pada musim hujan dan menipisnya air di musim kemarau, langkah yang harus dilakukan adalah memperbaiki ''pabrik'' dan ''lumbung'' air alami melalui pemulihan kawasan lindung Jabar yang telah ditentukan seluas 45 persen dari luar Provinsi Jabar. Dari citra satelit dapat dipantau luas hutan Jabar yang seharusnya 800 ribu hektare, kini hanya tersisa 300 ribu hektare saja yang masih dianggap bagus. (Ant/A-16)
BANDUNG -
Provinsi Jawa Barat (Jabar) mengalami kelebihan air mencapai 72 miliar meter kubik/tahun dari potensi air yang dimilikinya mencapai 80 miliar meter kubik/tahun. Kelebihan air itu membuat sebagian wilayah provinsi tersebut mengalami musibah bencana banjir dan longsor pada musim penghujan.
"Potensi air yang baru dimanfaatkan oleh penduduk Jabar hanya delapan miliar meter kubik/tahun, padahal kebutuhan terhadap air mencapai 17 miliar meter kubik/tahun," kata Anggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Supardiyono Sobirin, di Bandung, Senin (21/3).
Berkaitan dengan Peringatan Hari Air Sedunia, Supardiyono Sobirin menyatakan akibat kelebihan air tersebut Provinsi Jabar sering mengalami banjir pada musim hujan, tetapi sebaliknya menderita kekeringan dan defisit air pada musim kemarau.
Ia menambahkan penyebab dari kelebihan air tersebut adalah kerusakan alam yang serius dan lebih dari separuh hutan hilang sehingga Jabar tidak lagi memiliki kawasan yang dapat menyangga lingkungan hidup dan kestabilan persediaan air.
Dicontohkan, persentase polusi di Sungai Citarum mencapai 47,1 persen, sedangkan di Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane mencapai 47,4 persen.
Untuk mengatasi kelebihan air pada musim hujan dan menipisnya air di musim kemarau, langkah yang harus dilakukan adalah memperbaiki ''pabrik'' dan ''lumbung'' air alami melalui pemulihan kawasan lindung Jabar yang telah ditentukan seluas 45 persen dari luar Provinsi Jabar. Dari citra satelit dapat dipantau luas hutan Jabar yang seharusnya 800 ribu hektare, kini hanya tersisa 300 ribu hektare saja yang masih dianggap bagus. (Ant/A-16)
No comments:
Post a Comment