detikBandung, 21 Mei 2008, Ema Nur Arifah
Foto: Sobirin 2006, Curug Jompong, Citarum
Sobirin kembali menekankan pemangkasan Curug Jompong sebagai salah satu solusi untuk mengatasi banjir di Bandung Selatan bukanlah jaminan. Dikemukakannya masalah banjir sangat kompleks, solusi banjir tidak hanya dengan menyodet sungai Citarum dan memangkas Curug Jompong.
Bandung - Wacana pemangkasan Curug Jompong yang mencuat 2006 lalu untuk mengatasi banjir di Bandung Selatan sepertinya tak akan lagi sekedar wacana, saat ini pengajuan pemangkasan tersebut sudah sampai ke meja pemerintah. Aliran dana dari luar negeri pun akan segera disiapkan untuk membiayai pemapasan sedalam 3 meter di curug tersebut.
Demikian disampaikan Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), Sobirin. Kembali ditekankan oleh Sobirin bahwa pemangkasan Curug Jompong sebagai salah satu solusi untuk mengatasi banjir di Bandung Selatan bukanlah jaminan. Dikemukakannya masalah banjir sangat kompleks, solusi banjir tidak hanya dengan menyodet sungai dan memangkas Curug Jompong.
"Curug Jompong jangan dipapas, jangan diganggu," tutur Sobirin dalam diskusi yang digelar di Sekretariat Forum Diskusi Wartawan Bandung (FDWB), Jl Singaperbangsa, Rabu (21/5/2008). Selain dihadiri wartawan, acara ini juga dihadiri Manajer Lahan dan Waduk Saguling Djoni Santoso dan Petugas Sipil dan Lingkungan PLTA Saguling Pitoyo.
Menurutnya, akar masalah banjir di Bandung Selatan adalah degradasi kawasan lindung di hulu dan perilaku warga yang tidak berwawasan lingkungan. Curug Jompong adalah benteng hilir cekungan Bandung yang harus dipertahankan. Dipaparkannya, seiring pertambahan penduduk di daerah cekungan Bandung potensi lahan basah di kawasan tersebut dari tahun ke tahun terus berkurang. "Sifat pemukaan tanah yang tadinya mampu meresapkan air, sekarang tidak bisa, sebab sudah tertutup bangunan," jelasnya. Sehingga ketika musim hujan air tidak terkendali menjadi banjir dan genangan yang menimbulkan bencana.
"Langkah pemapasan Curug Jompong belum tentu menyelesaikan masalah banjir di cekungan Bandung, karena akar masalah banjir dimulai dari hulu," jelasnya. Sobirin menuturkan sebaiknya pemerintah belajar dari pengalaman penyodetan sungai Citarum sebelumnya yang dianggap banyak pihak sebagai kegagalan sebuah solusi.
Pada tahun 1986, ungkap Sobirin, pernah terjadi genangan banjir di cekungan Bandung sampai mencapai luas 7,5 ribu hektar. Solusi yang dilakukan dengan menyodet sungai Citarum sampai mencapai sebanyak 30 sodetan lebih, kenyataannya tetap saja terjadi banjir dan genangan. Sekarang ada wacana akan memapas Curug Jompong. Pemapasan ini dikhawatirkan akan mempercepat sedimentasi Waduk Saguling.
Menurut Sobirin, solusi banjir tanpa menyodet sungai dan kawasan curug yaitu memulihkan kawasan lindung di hulu, dipulihkannya kawasan lahan basah, membatasi jumlah penduduk di kawasan lindung dan perilaku beradab dan bermartabat bagi warga dan tamu yang berada di cekungan Bandung. "Jadi tidak perlu Curug Jompong dipangkas, nanti menyesal di kemudian hari," tandasnya.
Diketahui kawasan Bandung Selatan memang sudah sejak lama menjadi kawasan rawan banjir. Setiap musim hujan melanda, seringkali wilayah inilah yang menjadi sasaran air bah yang bisa merendam perumahan penduduk. Pemerintah menilai keberadaan Curug Jompong di wilayah cekungan Bandung menjadi salah satu penghambat lancarnya aliran air dari sungai Citarum sehingga menyebabkan banjir. Untuk itu penyodetan aliran sungai Citarum sepanjang 30 kilometer dan pemapasan Curug Jompong pun mengemuka. (ema/ern)
Foto: Sobirin 2006, Curug Jompong, Citarum
Sobirin kembali menekankan pemangkasan Curug Jompong sebagai salah satu solusi untuk mengatasi banjir di Bandung Selatan bukanlah jaminan. Dikemukakannya masalah banjir sangat kompleks, solusi banjir tidak hanya dengan menyodet sungai Citarum dan memangkas Curug Jompong.
Bandung - Wacana pemangkasan Curug Jompong yang mencuat 2006 lalu untuk mengatasi banjir di Bandung Selatan sepertinya tak akan lagi sekedar wacana, saat ini pengajuan pemangkasan tersebut sudah sampai ke meja pemerintah. Aliran dana dari luar negeri pun akan segera disiapkan untuk membiayai pemapasan sedalam 3 meter di curug tersebut.
Demikian disampaikan Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), Sobirin. Kembali ditekankan oleh Sobirin bahwa pemangkasan Curug Jompong sebagai salah satu solusi untuk mengatasi banjir di Bandung Selatan bukanlah jaminan. Dikemukakannya masalah banjir sangat kompleks, solusi banjir tidak hanya dengan menyodet sungai dan memangkas Curug Jompong.
"Curug Jompong jangan dipapas, jangan diganggu," tutur Sobirin dalam diskusi yang digelar di Sekretariat Forum Diskusi Wartawan Bandung (FDWB), Jl Singaperbangsa, Rabu (21/5/2008). Selain dihadiri wartawan, acara ini juga dihadiri Manajer Lahan dan Waduk Saguling Djoni Santoso dan Petugas Sipil dan Lingkungan PLTA Saguling Pitoyo.
Menurutnya, akar masalah banjir di Bandung Selatan adalah degradasi kawasan lindung di hulu dan perilaku warga yang tidak berwawasan lingkungan. Curug Jompong adalah benteng hilir cekungan Bandung yang harus dipertahankan. Dipaparkannya, seiring pertambahan penduduk di daerah cekungan Bandung potensi lahan basah di kawasan tersebut dari tahun ke tahun terus berkurang. "Sifat pemukaan tanah yang tadinya mampu meresapkan air, sekarang tidak bisa, sebab sudah tertutup bangunan," jelasnya. Sehingga ketika musim hujan air tidak terkendali menjadi banjir dan genangan yang menimbulkan bencana.
"Langkah pemapasan Curug Jompong belum tentu menyelesaikan masalah banjir di cekungan Bandung, karena akar masalah banjir dimulai dari hulu," jelasnya. Sobirin menuturkan sebaiknya pemerintah belajar dari pengalaman penyodetan sungai Citarum sebelumnya yang dianggap banyak pihak sebagai kegagalan sebuah solusi.
Pada tahun 1986, ungkap Sobirin, pernah terjadi genangan banjir di cekungan Bandung sampai mencapai luas 7,5 ribu hektar. Solusi yang dilakukan dengan menyodet sungai Citarum sampai mencapai sebanyak 30 sodetan lebih, kenyataannya tetap saja terjadi banjir dan genangan. Sekarang ada wacana akan memapas Curug Jompong. Pemapasan ini dikhawatirkan akan mempercepat sedimentasi Waduk Saguling.
Menurut Sobirin, solusi banjir tanpa menyodet sungai dan kawasan curug yaitu memulihkan kawasan lindung di hulu, dipulihkannya kawasan lahan basah, membatasi jumlah penduduk di kawasan lindung dan perilaku beradab dan bermartabat bagi warga dan tamu yang berada di cekungan Bandung. "Jadi tidak perlu Curug Jompong dipangkas, nanti menyesal di kemudian hari," tandasnya.
Diketahui kawasan Bandung Selatan memang sudah sejak lama menjadi kawasan rawan banjir. Setiap musim hujan melanda, seringkali wilayah inilah yang menjadi sasaran air bah yang bisa merendam perumahan penduduk. Pemerintah menilai keberadaan Curug Jompong di wilayah cekungan Bandung menjadi salah satu penghambat lancarnya aliran air dari sungai Citarum sehingga menyebabkan banjir. Untuk itu penyodetan aliran sungai Citarum sepanjang 30 kilometer dan pemapasan Curug Jompong pun mengemuka. (ema/ern)
1 comment:
curug itu dipandang juga indah, kenapa lingkungannya tidak dimanfaatkan sebagai tempat wisata, ya?
Post a Comment