Wawancara Sobirin - Rio Rizalino Majalah InfoGading, 12-02-2008
Foto: Rian InfoGading 2007, Ketika Kelapa Gading Banjir 2007
Kelapa Gading banjir lagi. Tahun 2002 banjir besar, 2007 banjir lebih besar, lalu dikatakan sebagai banjir 5 tahunan. Tahun 2008 banjir lagi, baru juga 1 tahun. Tahun 2009? Berikut wawancara Sobirin dengan Rio Rizalino Majalah InfoGading, 12-02-2008.
Wawancara SOBIRIN dengan Info Gading (Rio Rizalino)
(SOBIRIN adalah praktisi lingkungan, mantan Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air di Bandung dan mantan Kepala Pusat Litbang Permukiman di Bandung)
12 Februari 2004
Tanya: Ceritakan secara rinci kondisi drainase di Kelapa Gading.
Jawab: Berikut kondisi drainase di kawasan Kelapa Gading
a) Total luas lahan Kelapa Gading = 1.500 ha.
b) Curah hujan/tahun = 1.500 mm.
c) Hari hujan = 150 hari.
d) Curah hujan tiap hari hujan (kondisi normal) = 10 mm.
e) Lahan Kelapa Gading 1.500 ha bersifat kedap air (tanah lempung).
f) Total run off tiap hari hujan = 10mm x 1.500 ha = 150.000 m3.
g) Run-off 150.000 m3 setara = 30.000 truck tangki @ 5 m3.
h) Total panjang drainase di Kelapa Gading kurang lebih = 60 km.
i) Rata-rata lebar drainase = 2 m.
j) Luas drainase = 60 km x 2 m = 120.000 m2.
k) Kedalaman rata-rata = 75 cm.
l) Volume drainase = 120.000 m2 x 75 cm = 90.000 m3.
m) Jumlah sedimen (lumpur, sampah, plastik) = 50%.
n) Volume drainase efektif = 50% x 90.000 m3 = 45.000 m3.
o) Air yang tidak tertampung = (run off)-(drainase efektif).
p) Air yang tidak tertampung = 150.000 m3 - 45.000 m3 = 105.000 m3.
q) Air yang tidak tertampung meluap menggenangi kawasan dan jalanan.
Tanya: Apa yang menjadi masalah dari drainase ini?
Jawab: Masalah dari drainase yang ada adalah sebagai berikut.
a) Kapasitas drainase kurang, kemiringan 0 derajat (datar), dipenuhi lumpur.
b) Dalam kondisi tidak hujanpun, air dalam drainase sulit mengalir.
c) Umumnya drainase-drainase tidak menyambung satu dengan lainnya.
d) Drainase di Kelapa Gading dapat dikatakan seperti benang kusut.
e) Perilaku warga membuang sampah sembarangan memenuhi darinase.
f) Jumlah pompa sangat minim di kolam tampungan banjir yang ada.
Tanya: Dengan sistem drainase yang demikian, seberapa besar kerawanan Kelapa Gading terhadap banjir?
Jawab: Bila pembangunan dan sistem drainasenya demikian, maka kerawanannya terhadap banjir sangat besar. Rumus alamnya adalah: (banjir) = (curah hujan) + (kualitas lingkungan).
Curah hujan selama ini belum dapat dikendalikan oleh manusia.
Kualitas lingkungan semakin menurun daya dukung dan daya tampungnya karena pembangunan yang tidak ramah lingkungan.
Banjir adalah akumulasi antara curah hujan dan kualitas lingkungan.
Analisis angka-angka di atas beranggapan curah hujan harian normal = 10 mm. Curah hujan saat ini tidak dalam kondisi yang bersahabat. Ketika banjir 2 Februari 2008 yang lalu curah hujan harian sangat tinggi, Tanjung Priok 88 mm, Kemayoran 193 mm, Cengkareng 317 mm, Tangerang 263 mm, Kelapa Gading 100 mm.
Berbeda dengan banjir 2007 yang lalu yang lebih dahsyat, karena waktu 2007 terjadi akumulasi dari 3 peristiwa, yaitu curah hujan tinggi di kawasan hulu (Bogor), curah hujan tinggi di Kota Jakarta, dan pasang air laut yang tinggi. Kejadian awal tahun 2008 ini disebabkan oleh “hanya” curah hujan tinggi di Kota Jakarta.
Dari kejadian ini sebenarnya daya dukung dan daya tampung Kota Jakarta (termasuk Kelapa Gading) sudah tidak memenuhi syarat.
Tanya: Apa yang bisa menjadi solusinya?
Jawab: Kota Jakarta (termasuk Kelapa Gading) harus mampu berbenah lingkungan, memulihkan daya dukung dan daya tampung perkotaan. Solusi menanggulangi banjir di perkotaan manapun ada 3 pilihan:
Take away people from water: pindahkan warga dari banjir, berarti harus ada relokasi permukiman warga. Ini mahal, akan dipindah kemana warga-warga di daerah rawan banjir?
Take away water from people: singkirkan banjir dari warga, berarti sungai-sungai disodet-sodet, dibuat banjir kanal baru. Ini juga mahal, harus ganti rugi tanah, belum tentu banjir dapat diatasi.
Living harmony together between people and nature: hidup harmonis bersama antara manusia dan alam. Ini murah, tidak merusak alam, pembangunan berwawasan lingkungan, tidak melanggar hukum normatif dan hukum alam.
Infrastruktur perkotaan diseimbangkan sesuai penataan ruang yang benar, luas kawasan terbangun tidak melebihi ketentuan alam. Kapasitas drainase perkotaan di-desain sesuai besaran curah hujan yang direncanakan yang sekiranya tidak membahayakan kelangsungan hidup perkotaan.
Konsep drainase perkotaan dataran rendah semacam Jakarta perlu dilengkapi dengan teknologi polder. Selain itu perilaku warga terhadap sampahnya tidak dibuang sembarangan.
Tanya: Jelaskan pula sistem polder.
Jawab: Teknologi polder diadopsi dari Negeri Belanda, sebuah negara yang dikenal berhasil mengatasi daya rusak air. Polder adalah sebuah kawasan yang disiapkan untuk menampung luapan air oleh karena hujan berlebihan. Sistem polder terdiri dari kolam waduk tampungan, saluran pengumpul air ke waduk, saluran air ke luar waduk, unit pompa untuk memompa air keluar dari waduk tampungan menuju saluran utama yang lebih besar menuju ke laut.
Tanya: Jika Banjir Kanal Timur sudah selesai dan Kali Sunter sudah dikeruk, apakah masih membutuhkan polder.
Jawab: Tetap masih dibutuhkan polder di dalam kawasan Kelapa Gading. Karena air hujan yang jatuh di kawasan Kelapa Gading tetap perlu ditampung dalam polder (waduk tampungan), untuk kemudian dipompa menuju Kali Sunter terus ke laut dan menuju Kali Cakung menuju Banjir Kanal Timur. Juga tetap perlu perubahan paradigma dari perilaku warga untuk berbudaya hidup yang berwawasan lingkungan.
Tanya: Apakah hasil penelitian itu telah diserahkan pemerintah?
Jawab: Hasil penelitian dari Pusat Litbang Sumber Daya Air telah diserahkan ke institusi yang lebih tinggi. Tindak lanjut tidak cukup hanya “action” dari pemerintah saja. Harus ada sinergi antara pemerintah, dunia usaha dan pengembang, serta warga masyarakat sebagai agen-agen pembangunan. Salah satu agen tidak mengikuti tata aturan permainan lingkungan, maka bencana banjir tetap akan mengancam Kota Jakarta termasuk Kelapa Gading.
Tanya: Ada asumsi kalau banjir awal Februari lalu di Kelapa Gading tidak sehebat tahun sebelumnya dikarenakan pintu air Manggarai tidak dibuka. Benarkah asumsi tersebut? Adakah kaitannya saluran Kali Manggarai dengan Kali Sunter?
Jawab: Asumsi tersebut TIDAK BENAR. Secara hidraulis tidak ada kaitan antara Kali Manggarai dengan Kali Sunter.
Bandung, 12 Februari 2008
Sobirin, Praktisi Lingkungan
Foto: Rian InfoGading 2007, Ketika Kelapa Gading Banjir 2007
Kelapa Gading banjir lagi. Tahun 2002 banjir besar, 2007 banjir lebih besar, lalu dikatakan sebagai banjir 5 tahunan. Tahun 2008 banjir lagi, baru juga 1 tahun. Tahun 2009? Berikut wawancara Sobirin dengan Rio Rizalino Majalah InfoGading, 12-02-2008.
Wawancara SOBIRIN dengan Info Gading (Rio Rizalino)
(SOBIRIN adalah praktisi lingkungan, mantan Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air di Bandung dan mantan Kepala Pusat Litbang Permukiman di Bandung)
12 Februari 2004
Tanya: Ceritakan secara rinci kondisi drainase di Kelapa Gading.
Jawab: Berikut kondisi drainase di kawasan Kelapa Gading
a) Total luas lahan Kelapa Gading = 1.500 ha.
b) Curah hujan/tahun = 1.500 mm.
c) Hari hujan = 150 hari.
d) Curah hujan tiap hari hujan (kondisi normal) = 10 mm.
e) Lahan Kelapa Gading 1.500 ha bersifat kedap air (tanah lempung).
f) Total run off tiap hari hujan = 10mm x 1.500 ha = 150.000 m3.
g) Run-off 150.000 m3 setara = 30.000 truck tangki @ 5 m3.
h) Total panjang drainase di Kelapa Gading kurang lebih = 60 km.
i) Rata-rata lebar drainase = 2 m.
j) Luas drainase = 60 km x 2 m = 120.000 m2.
k) Kedalaman rata-rata = 75 cm.
l) Volume drainase = 120.000 m2 x 75 cm = 90.000 m3.
m) Jumlah sedimen (lumpur, sampah, plastik) = 50%.
n) Volume drainase efektif = 50% x 90.000 m3 = 45.000 m3.
o) Air yang tidak tertampung = (run off)-(drainase efektif).
p) Air yang tidak tertampung = 150.000 m3 - 45.000 m3 = 105.000 m3.
q) Air yang tidak tertampung meluap menggenangi kawasan dan jalanan.
Tanya: Apa yang menjadi masalah dari drainase ini?
Jawab: Masalah dari drainase yang ada adalah sebagai berikut.
a) Kapasitas drainase kurang, kemiringan 0 derajat (datar), dipenuhi lumpur.
b) Dalam kondisi tidak hujanpun, air dalam drainase sulit mengalir.
c) Umumnya drainase-drainase tidak menyambung satu dengan lainnya.
d) Drainase di Kelapa Gading dapat dikatakan seperti benang kusut.
e) Perilaku warga membuang sampah sembarangan memenuhi darinase.
f) Jumlah pompa sangat minim di kolam tampungan banjir yang ada.
Tanya: Dengan sistem drainase yang demikian, seberapa besar kerawanan Kelapa Gading terhadap banjir?
Jawab: Bila pembangunan dan sistem drainasenya demikian, maka kerawanannya terhadap banjir sangat besar. Rumus alamnya adalah: (banjir) = (curah hujan) + (kualitas lingkungan).
Curah hujan selama ini belum dapat dikendalikan oleh manusia.
Kualitas lingkungan semakin menurun daya dukung dan daya tampungnya karena pembangunan yang tidak ramah lingkungan.
Banjir adalah akumulasi antara curah hujan dan kualitas lingkungan.
Analisis angka-angka di atas beranggapan curah hujan harian normal = 10 mm. Curah hujan saat ini tidak dalam kondisi yang bersahabat. Ketika banjir 2 Februari 2008 yang lalu curah hujan harian sangat tinggi, Tanjung Priok 88 mm, Kemayoran 193 mm, Cengkareng 317 mm, Tangerang 263 mm, Kelapa Gading 100 mm.
Berbeda dengan banjir 2007 yang lalu yang lebih dahsyat, karena waktu 2007 terjadi akumulasi dari 3 peristiwa, yaitu curah hujan tinggi di kawasan hulu (Bogor), curah hujan tinggi di Kota Jakarta, dan pasang air laut yang tinggi. Kejadian awal tahun 2008 ini disebabkan oleh “hanya” curah hujan tinggi di Kota Jakarta.
Dari kejadian ini sebenarnya daya dukung dan daya tampung Kota Jakarta (termasuk Kelapa Gading) sudah tidak memenuhi syarat.
Tanya: Apa yang bisa menjadi solusinya?
Jawab: Kota Jakarta (termasuk Kelapa Gading) harus mampu berbenah lingkungan, memulihkan daya dukung dan daya tampung perkotaan. Solusi menanggulangi banjir di perkotaan manapun ada 3 pilihan:
Take away people from water: pindahkan warga dari banjir, berarti harus ada relokasi permukiman warga. Ini mahal, akan dipindah kemana warga-warga di daerah rawan banjir?
Take away water from people: singkirkan banjir dari warga, berarti sungai-sungai disodet-sodet, dibuat banjir kanal baru. Ini juga mahal, harus ganti rugi tanah, belum tentu banjir dapat diatasi.
Living harmony together between people and nature: hidup harmonis bersama antara manusia dan alam. Ini murah, tidak merusak alam, pembangunan berwawasan lingkungan, tidak melanggar hukum normatif dan hukum alam.
Infrastruktur perkotaan diseimbangkan sesuai penataan ruang yang benar, luas kawasan terbangun tidak melebihi ketentuan alam. Kapasitas drainase perkotaan di-desain sesuai besaran curah hujan yang direncanakan yang sekiranya tidak membahayakan kelangsungan hidup perkotaan.
Konsep drainase perkotaan dataran rendah semacam Jakarta perlu dilengkapi dengan teknologi polder. Selain itu perilaku warga terhadap sampahnya tidak dibuang sembarangan.
Tanya: Jelaskan pula sistem polder.
Jawab: Teknologi polder diadopsi dari Negeri Belanda, sebuah negara yang dikenal berhasil mengatasi daya rusak air. Polder adalah sebuah kawasan yang disiapkan untuk menampung luapan air oleh karena hujan berlebihan. Sistem polder terdiri dari kolam waduk tampungan, saluran pengumpul air ke waduk, saluran air ke luar waduk, unit pompa untuk memompa air keluar dari waduk tampungan menuju saluran utama yang lebih besar menuju ke laut.
Tanya: Jika Banjir Kanal Timur sudah selesai dan Kali Sunter sudah dikeruk, apakah masih membutuhkan polder.
Jawab: Tetap masih dibutuhkan polder di dalam kawasan Kelapa Gading. Karena air hujan yang jatuh di kawasan Kelapa Gading tetap perlu ditampung dalam polder (waduk tampungan), untuk kemudian dipompa menuju Kali Sunter terus ke laut dan menuju Kali Cakung menuju Banjir Kanal Timur. Juga tetap perlu perubahan paradigma dari perilaku warga untuk berbudaya hidup yang berwawasan lingkungan.
Tanya: Apakah hasil penelitian itu telah diserahkan pemerintah?
Jawab: Hasil penelitian dari Pusat Litbang Sumber Daya Air telah diserahkan ke institusi yang lebih tinggi. Tindak lanjut tidak cukup hanya “action” dari pemerintah saja. Harus ada sinergi antara pemerintah, dunia usaha dan pengembang, serta warga masyarakat sebagai agen-agen pembangunan. Salah satu agen tidak mengikuti tata aturan permainan lingkungan, maka bencana banjir tetap akan mengancam Kota Jakarta termasuk Kelapa Gading.
Tanya: Ada asumsi kalau banjir awal Februari lalu di Kelapa Gading tidak sehebat tahun sebelumnya dikarenakan pintu air Manggarai tidak dibuka. Benarkah asumsi tersebut? Adakah kaitannya saluran Kali Manggarai dengan Kali Sunter?
Jawab: Asumsi tersebut TIDAK BENAR. Secara hidraulis tidak ada kaitan antara Kali Manggarai dengan Kali Sunter.
Bandung, 12 Februari 2008
Sobirin, Praktisi Lingkungan
No comments:
Post a Comment