HMTL ITB, 04 Februari 2008
Foto: Sobirin 2003, Sampah Plastik Gasibu Bandung
Oleh: SOBIRIN
Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan ITB menyelenggarakan kampanye anti tas plastik/ kresek tanggal 4 hingga 9 Februari 2009. Hari pertama berupa jumpa pers, menghadirkan Sobirin (DPKLTS), Dewi Lestari (Novelis), Cinta (Panitia), Chaerul (Dosen Teknik Lingkungan), dengan moderator Christy (Mahasiswa Teknik Lingkungan). Berikut masukan dari Sobirin (DPKLTS).
GERAKAN ANTI TAS PLASTIK/ KRESEK
Oleh: SOBIRIN (Anggota DPKLTS dan Bandung Spirit)
ISSUE
Tas Plastik/Kresek Sumber Bencana Lingkungan
KONDISI SAAT INI
Sampah Kota Bandung tiap harinya setara dengan berat 1.000 ekor gajah, lembaran sampah plastiknya bisa menutupi 50 lapangan sepak bola, sampah kertasnya setara dengan bubur pulp dari 500 batang pohon.
Lebih dari 90% warga Kota Bandung tidak peduli terhadap sampahnya. Mengharap diangkut oleh Pemerintah Kota, dibuang sembarangan, ditimbun ke dalam tanah, atau dibakar.
Salah satu jenis sampah adalah tas plastik/kresek yang sukar mengurai, banyak sekali menumpuk di mana-mana, memenuhi alur sungai, dan menyumbat saluran drainase.
ANALISIS
Tas plastik/kresek memang sangat fungsional, merupakan produk massal, mudah didapat, boleh dikata dapat diperoleh tanpa harus membeli. Tas plastik/kresek ini telah menyatu dengan kehidupan sehari-hari tiap orang. Karena sangat mudah mendapatkannya, maka habis dipakai langsung dibuang, menjadi sampah.
Sampah tas plastik/kresek memerlukan waktu yang lama, bisa ratusan tahun, untuk dapat mengurai atau hancur. Sisa-sisa makanan yang menempel di tas plastik/kresek akan membusuk mengundang lalat dan mikro organisme menjadi penyakit. Tumpukan sampah tas plastik/kresek yang menyumbat alur sungai dan saluran drainase akan menyebabkan banjir bila datang musim hujan.
Bila tas plastik/kresek ini dibiarkan terus beredar, maka di masa mendatang dapat berdampak menimbulkan bencana lingkungan yang lebih besar lagi.
ALTERNATIF PENANGANAN
Kita mulai dari diri sendiri dan sekarang juga untuk tidak menggunakan tas plastik/kresek dalam kehidupan sehari-hari.
Melawan arus “membludaknya” tas plastik/kresek ini tidak cukup dengan “mulai dari diri sendiri”, menggunakan tas kain blacu atau kantong kertas. Tidak cukup hanya dengan gerakan moral, tidak cukup dengan seminar dan pasang spanduk. Gerakan anti tas plastik/kresek ini harus merupakan sinergi antara:
Pendidikan ”anti tas plastik/kresek” bagi seluruh warga.
Budaya ”anti tas plastik/kresek” dalam kehidupan sehari-hari.
Kemauan dan keberanian politik ”anti tas plastik/kresek” dari pihak pemerintah.
Dalam pendidikan ”anti tas plastik/kresek” dapat menggunakan konsep TAIDAC, yaitu:
Trust: bangun kepercayaan bahwa tas plastik/kresek adalah berbahaya
Awareness: gali kesadaran untuk tidak memakai tas plastik/kresek
Interest: uraikan keuntungan bila tidak memakai tas plastik/kresek
Decision: buat kontrak moral untuk tidak memakai tas plastik/kresek
Action: lakukan gerakan anti tas plastik/kresek, lawan sampai sumbernya
Culture: budaya tidak memakai tas plastik/kresek dalam keseharian kita.
Dalam dunia pendidikan, riset dan teknologi, perlu melakukan penelitian untuk menemukan bahan pengganti tas plastik/kresek yang mudah terurai, tidak berbahaya, dan ramah lingkungan.
Dalam budaya ”anti tas plastik/kresek” ini kita dapat menggali kearifan lokal dalam kemas-mengemas dan bungkus-membungkus makanan menggunakan daun-daun alami, menggunakan tas bukan plastik misalnya dari bahan tikar, pandan, dan sejenisnya yang ramah lingkungan.
Dalam dunia politik, kita harus mampu mendorong pemerintah untuk mau dan berani:
Menginstruksikan agar semua bisnis baik di pasar tradisional hingga pasar modern tidak menggunakan tas plastik/kresek, dan yang melanggar didenda berat secara konsekwen.
Menindak siapapun yang membuang sampah (semua jenis sampah termasuk plastik) secara sembarangan ataupun membakarnya.
Belajar dan meniru negara-negara lain yang telah menerapkan gerakan anti tas plastik/kresek, melawan kepada sumbernya, menghentikan industri, produksi dan perdagangan tas plastik/kresek (China, Amerika, Australia dan lain-lainnya).
REKOMENDASI OPERASIONAL
Membentuk organisasi kesemestaan, misalnya “DEWAN ANTI TAS PLASTIK/KRESEK” atau apapun namanya, yang memiliki landasan-landasan organisasi secara normatif, yaitu memiliki:
Aspek (kelembagaan, struktur organisasi, aturan main)
Fungsi (perencanaan, pelaksanaan, pengawasan)
Unsur (visi, misi, program, modal, ketrampilan, insentif/disinsentif)
Enam sukses gerakan anti tas plastik/kresek:
tanpa visi: tanpa arah,
tanpa misi: tersendat,
tanpa program: hanya membuang tenaga dan waktu,
tanpa modal: frustasi, tanpa ketrampilan: lambat,
tanpa insentif/disinsentif: ragu-ragu atau setengah-setengah.
Membuat surat resmi kepada pimpinan birokrasi pemerintah dan DPR/DPRD untuk mau dan berani melaksanakan politik anti tas plastik/kresek (mulai saja dari Kota Bandung).
Bila langkah-langkah formal kepada pemerintah tidak berhasil, dan ancaman/ bencana lingkungan akibat sampah tas plastik/kresek semakin meningkat, upayakan untuk melakukan ”class action” demi keselamatan kota kita.
Bandung, 04 Februari 2008
SOBIRIN
sobirindpklts@yahoo.com
www.sobirin-xyz.blogspot.com [sobirin is back to nature]
www.clearwaste.blogspot.com [sampah diolah menjadi berkah]
Foto: Sobirin 2003, Sampah Plastik Gasibu Bandung
Oleh: SOBIRIN
Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan ITB menyelenggarakan kampanye anti tas plastik/ kresek tanggal 4 hingga 9 Februari 2009. Hari pertama berupa jumpa pers, menghadirkan Sobirin (DPKLTS), Dewi Lestari (Novelis), Cinta (Panitia), Chaerul (Dosen Teknik Lingkungan), dengan moderator Christy (Mahasiswa Teknik Lingkungan). Berikut masukan dari Sobirin (DPKLTS).
GERAKAN ANTI TAS PLASTIK/ KRESEK
Oleh: SOBIRIN (Anggota DPKLTS dan Bandung Spirit)
ISSUE
Tas Plastik/Kresek Sumber Bencana Lingkungan
KONDISI SAAT INI
Sampah Kota Bandung tiap harinya setara dengan berat 1.000 ekor gajah, lembaran sampah plastiknya bisa menutupi 50 lapangan sepak bola, sampah kertasnya setara dengan bubur pulp dari 500 batang pohon.
Lebih dari 90% warga Kota Bandung tidak peduli terhadap sampahnya. Mengharap diangkut oleh Pemerintah Kota, dibuang sembarangan, ditimbun ke dalam tanah, atau dibakar.
Salah satu jenis sampah adalah tas plastik/kresek yang sukar mengurai, banyak sekali menumpuk di mana-mana, memenuhi alur sungai, dan menyumbat saluran drainase.
ANALISIS
Tas plastik/kresek memang sangat fungsional, merupakan produk massal, mudah didapat, boleh dikata dapat diperoleh tanpa harus membeli. Tas plastik/kresek ini telah menyatu dengan kehidupan sehari-hari tiap orang. Karena sangat mudah mendapatkannya, maka habis dipakai langsung dibuang, menjadi sampah.
Sampah tas plastik/kresek memerlukan waktu yang lama, bisa ratusan tahun, untuk dapat mengurai atau hancur. Sisa-sisa makanan yang menempel di tas plastik/kresek akan membusuk mengundang lalat dan mikro organisme menjadi penyakit. Tumpukan sampah tas plastik/kresek yang menyumbat alur sungai dan saluran drainase akan menyebabkan banjir bila datang musim hujan.
Bila tas plastik/kresek ini dibiarkan terus beredar, maka di masa mendatang dapat berdampak menimbulkan bencana lingkungan yang lebih besar lagi.
ALTERNATIF PENANGANAN
Kita mulai dari diri sendiri dan sekarang juga untuk tidak menggunakan tas plastik/kresek dalam kehidupan sehari-hari.
Melawan arus “membludaknya” tas plastik/kresek ini tidak cukup dengan “mulai dari diri sendiri”, menggunakan tas kain blacu atau kantong kertas. Tidak cukup hanya dengan gerakan moral, tidak cukup dengan seminar dan pasang spanduk. Gerakan anti tas plastik/kresek ini harus merupakan sinergi antara:
Pendidikan ”anti tas plastik/kresek” bagi seluruh warga.
Budaya ”anti tas plastik/kresek” dalam kehidupan sehari-hari.
Kemauan dan keberanian politik ”anti tas plastik/kresek” dari pihak pemerintah.
Dalam pendidikan ”anti tas plastik/kresek” dapat menggunakan konsep TAIDAC, yaitu:
Trust: bangun kepercayaan bahwa tas plastik/kresek adalah berbahaya
Awareness: gali kesadaran untuk tidak memakai tas plastik/kresek
Interest: uraikan keuntungan bila tidak memakai tas plastik/kresek
Decision: buat kontrak moral untuk tidak memakai tas plastik/kresek
Action: lakukan gerakan anti tas plastik/kresek, lawan sampai sumbernya
Culture: budaya tidak memakai tas plastik/kresek dalam keseharian kita.
Dalam dunia pendidikan, riset dan teknologi, perlu melakukan penelitian untuk menemukan bahan pengganti tas plastik/kresek yang mudah terurai, tidak berbahaya, dan ramah lingkungan.
Dalam budaya ”anti tas plastik/kresek” ini kita dapat menggali kearifan lokal dalam kemas-mengemas dan bungkus-membungkus makanan menggunakan daun-daun alami, menggunakan tas bukan plastik misalnya dari bahan tikar, pandan, dan sejenisnya yang ramah lingkungan.
Dalam dunia politik, kita harus mampu mendorong pemerintah untuk mau dan berani:
Menginstruksikan agar semua bisnis baik di pasar tradisional hingga pasar modern tidak menggunakan tas plastik/kresek, dan yang melanggar didenda berat secara konsekwen.
Menindak siapapun yang membuang sampah (semua jenis sampah termasuk plastik) secara sembarangan ataupun membakarnya.
Belajar dan meniru negara-negara lain yang telah menerapkan gerakan anti tas plastik/kresek, melawan kepada sumbernya, menghentikan industri, produksi dan perdagangan tas plastik/kresek (China, Amerika, Australia dan lain-lainnya).
REKOMENDASI OPERASIONAL
Membentuk organisasi kesemestaan, misalnya “DEWAN ANTI TAS PLASTIK/KRESEK” atau apapun namanya, yang memiliki landasan-landasan organisasi secara normatif, yaitu memiliki:
Aspek (kelembagaan, struktur organisasi, aturan main)
Fungsi (perencanaan, pelaksanaan, pengawasan)
Unsur (visi, misi, program, modal, ketrampilan, insentif/disinsentif)
Enam sukses gerakan anti tas plastik/kresek:
tanpa visi: tanpa arah,
tanpa misi: tersendat,
tanpa program: hanya membuang tenaga dan waktu,
tanpa modal: frustasi, tanpa ketrampilan: lambat,
tanpa insentif/disinsentif: ragu-ragu atau setengah-setengah.
Membuat surat resmi kepada pimpinan birokrasi pemerintah dan DPR/DPRD untuk mau dan berani melaksanakan politik anti tas plastik/kresek (mulai saja dari Kota Bandung).
Bila langkah-langkah formal kepada pemerintah tidak berhasil, dan ancaman/ bencana lingkungan akibat sampah tas plastik/kresek semakin meningkat, upayakan untuk melakukan ”class action” demi keselamatan kota kita.
Bandung, 04 Februari 2008
SOBIRIN
sobirindpklts@yahoo.com
www.sobirin-xyz.blogspot.com [sobirin is back to nature]
www.clearwaste.blogspot.com [sampah diolah menjadi berkah]
No comments:
Post a Comment