detikBandung, 04/02/2008, Pratiwi Ester Novita Manik
Gambar: www.canterbury.nsw.gov.au
"Biasanya perilaku orang terhadap sampah diproses dengan pembakaran, tapi kalau sampah plastik dibakar akan menghasilkan dioksin. Itu adalah racun dari hasil pembakaran yang cukup berbahaya," ujar anggota DPKLTS, Sobirin.
detikBandung - Phobiaplastic bukan jenis penyakit phobia baru. Ini istilah untuk reaksi yang anti terhadap kantong plastik yang kini merajalela. Kalau dulu kantong plastik sulit didapat, mulai tahun 80-an sampai sekarang menjadi produk massal.
Tema ini dikemukakan dalam aksi Anti Plastic Bag Campaign (APBC) yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) ITB, di kampus ITB Jl. Ganesha pada tanggal 5-6 Februari 2008 dan Roadshow tanggal 9 Februari 2008. Tujuan dari aksi ini sendiri untuk menyadarkan masyarakat, khususnya kota Bandung, bahwa sampah kantong plastik dapat membahayakan lingkungan kalau terus menerus dibiarkan.
"Biasanya perilaku orang terhadap sampah diproses dengan pembakaran, tapi kalau sampah plastik dibakar akan menghasilkan dioksin. Itu adalah racun dari hasil pembakaran yang cukup berbahaya," ujar Anggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), Supardiyono Sobirin.
Ketua Panitia APBC, Cinta Azwiendasari, menargetkan sasaran aksi ini pada anak muda. "Anak-anak muda yang berkisar usia 15-25 tahun itu yang paling mudah kita jangkau, karena kita juga dari kalangan mahasiswa. Selain itu, kalau budaya antiplastik jadi populer di masyarakat maka akan lebih efektif untuk mengurangi penggunaan kantong plastik," ungkap Cinta.
Hal senada juga dikemukakan oleh penulis asal Bandung, Dewi Lestari, yang juga hadir dalam pembukaan aksi ini. "Ketika aksi anti plastik jadi populer, bisa jadi kebiasaan menggunakan kantong kresek malah dicap ketinggalan jaman," ujar Dewi.
Diakui oleh Sobirin aksi ini hanya salah satu upaya dari banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah kantong plastik. "Aksi ini bisa menjadi penggerak untuk masa depan agar masyarakat lebih aware dengan sampah kantong plastik. Karena tolok ukur keberhasilan ini yaitu ada tidaknya kesadaran dalam masing-masing individu yang bermuara kepada budaya perilaku," ujar Sobirin.
Aksi ini terdiri dari beberapa rangkaian acara, mulai dari Lomba Desain Tas Anti Plastik, 1000 Puisi Sampah Anak Indonesia, Kampanye ITB yang diselenggarakan di Jalan Ganesha. Kemudian dilakukan roadshow di kawasan Dago. Hadir berbagai pengisi acara diantaranya Dewi Lestari, d'cinnamons, Yuki PAS Band. Jadi kalau ngga mau ketinggalan trend 2008, acara seru sarat manfaat ini bisa jadi referensi. (twi / ern)
No comments:
Post a Comment