TRIBUN JABAR, 12 Oktober 2008, kisdiantoro, tiah sm
Foto: Google Earth, 2008, Babakan Siliwangi
Semua peserta diskusi lainnya pun kaget. Termasuk Ketua Lemlit Unpad Oekan S Abdoellah, Ketua Dewan Penyantun Unpad "Abah" Iwan Abdurahman, praktisi lingkungan Sobirin, dan sejumlah akademisi tentang lingkungan lainnya. Wali Kota Bandung dan wakilnya terdiam.
BANDUNG, TRIBUN - Suasana tegang dan adu mulut mewarnai diskusi penataan wilayah Babakan Siliwangi (Baksil) di Kantor Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran (Lemlit Unpad), Jumat (10/10) malam. Ketua Jaga Lembur, yang juga pemrakarsa diskusi, Acil Bimbo, sempat terlibat adu mulut dengan pengamat militer Herman Ibrahim, hingga Herman akhirnya keluar ruangan.
Saat menutup diskusi, Acil mengungkapkan ketidaksetujuannya atas pengembangan kawasan Baksil menjadi wilayah privat. Acil menilai setiap jengkal tanah di daerah itu harus dipertahankan seperti semula karena para pejuang mempertahankan dengan tetesan darah. Saat itu, Herman Ibrahim menginterupsi dan meminta diskusi segera ditutup. "Diskusi ditutup saja, itu mitos," kata Herman, meminta Acil menghentikan cerita sejarah Babakan Siliwangi.
Acil spontan membalas dengan kalimat bernada marah. "Bukan mitos," kata Acil membentak. "Saya keluar," kata Herman. "Silakan keluar," balas Acil. Semua peserta diskusi lainnya pun kaget. Termasuk Ketua Lemlit Unpad Oekan S Abdoellah, Ketua Dewan Penyantun Unpad "Abah" Iwan Abdurahman, praktisi lingkungan Sobirin, dan sejumlah akademisi tentang lingkungan lainnya. Wali Kota Bandung Dada Rosada dan wakilnya, Ayi Vivananda, terdiam. Ekpresi muka mereka tampak tegang.
Para peserta lainnya yang berada di luar ruangan pun merapat hendak mengetahui peristiwa itu. Sesaat kemudian di depan pintu ruang diskusi sudah berdiri beberapa orang petugas keamanan. Ketegangan sudah terasa sejak Acil Bimbo diberi kesempatan memberikan pendapat dan menutup acara diskusi oleh moderator Dede Mariana. Acil berbicara dengan nada yang meledak-ledak.
"Sejak 2003, saya tidak setuju Babakan Siliwangi diprivatisasi. Silakan yang lain setuju, saya tidak," kata Acil. Ia mengatakan, diskusi ini diharapkan akan dihadiri pihak pengembang, PT Esa Gemilang Indah (EGI). Tapi ia kecewa karena tak satu pun wakil PT EGI hadir. Saking kecewanya, Acil menggebrak meja di depan tempat duduk Dada Rosada dan Ayi Vivananda. "Saya sudah tahu PT EGI tidak akan datang. Saya ingin gambar (rencana pembangunan, Red), bukan peta-peta seperti ini," kata Acil.
Ketegangan semakin memuncak ketika Herman Ibrahim meminta diskusi itu ditutup karena pembahasannya sudah irasional. Melihat situasi memanas ini, "Abah" Iwan Abdurahman berdiri dan meminta diskusi ditutup. Ia sangat menyesalkan kejadian itu. Semua orang sangat antusias datang ke Lemlit Unpad untuk memberikan saran tentang penataan Baksil. Namun acara itu dirusak dengan pertengkaran.
"Saya sebagai Ketua Dewan Penyantun menyesalkan rumah ini menjadi tempat untuk memecah belah dan pertengkaran," kata Iwan. Ketua Lemlit Unpad Oekan S Abdoellah juga mengatakan hal serupa. Acil kemudian meminta maaf atas insiden itu. Ia mengaku dirinya emosi. Untuk meredakan amarah dan ketegangan, Iwan meminta mengakhiri acara dengan berdoa bersama. Acil diminta untuk memimpin doa.
Herman, yang dihubungi Sabtu (11/10), mengatakan, masalah adu mulut adalah hal biasa dalam forum. Ia menyambut baik kritikan masyarakat dan pakar atas rencana kawasan Baksil. Namun ia menilai ketua panitia memojokkan dan membentak-bentak serta menggebrak meja di depan Wali Kota, Wakil Wali Kota, Sekda, dan pejabat lainya. "Sebagai warga negara dan warga Kota Bandung, saya tidak terima sikap Acil yang tidak menghargai pejabat, artinya penghinaan terhadp institusi," ujarnya. (dia/tsm)
Foto: Google Earth, 2008, Babakan Siliwangi
Semua peserta diskusi lainnya pun kaget. Termasuk Ketua Lemlit Unpad Oekan S Abdoellah, Ketua Dewan Penyantun Unpad "Abah" Iwan Abdurahman, praktisi lingkungan Sobirin, dan sejumlah akademisi tentang lingkungan lainnya. Wali Kota Bandung dan wakilnya terdiam.
BANDUNG, TRIBUN - Suasana tegang dan adu mulut mewarnai diskusi penataan wilayah Babakan Siliwangi (Baksil) di Kantor Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran (Lemlit Unpad), Jumat (10/10) malam. Ketua Jaga Lembur, yang juga pemrakarsa diskusi, Acil Bimbo, sempat terlibat adu mulut dengan pengamat militer Herman Ibrahim, hingga Herman akhirnya keluar ruangan.
Saat menutup diskusi, Acil mengungkapkan ketidaksetujuannya atas pengembangan kawasan Baksil menjadi wilayah privat. Acil menilai setiap jengkal tanah di daerah itu harus dipertahankan seperti semula karena para pejuang mempertahankan dengan tetesan darah. Saat itu, Herman Ibrahim menginterupsi dan meminta diskusi segera ditutup. "Diskusi ditutup saja, itu mitos," kata Herman, meminta Acil menghentikan cerita sejarah Babakan Siliwangi.
Acil spontan membalas dengan kalimat bernada marah. "Bukan mitos," kata Acil membentak. "Saya keluar," kata Herman. "Silakan keluar," balas Acil. Semua peserta diskusi lainnya pun kaget. Termasuk Ketua Lemlit Unpad Oekan S Abdoellah, Ketua Dewan Penyantun Unpad "Abah" Iwan Abdurahman, praktisi lingkungan Sobirin, dan sejumlah akademisi tentang lingkungan lainnya. Wali Kota Bandung Dada Rosada dan wakilnya, Ayi Vivananda, terdiam. Ekpresi muka mereka tampak tegang.
Para peserta lainnya yang berada di luar ruangan pun merapat hendak mengetahui peristiwa itu. Sesaat kemudian di depan pintu ruang diskusi sudah berdiri beberapa orang petugas keamanan. Ketegangan sudah terasa sejak Acil Bimbo diberi kesempatan memberikan pendapat dan menutup acara diskusi oleh moderator Dede Mariana. Acil berbicara dengan nada yang meledak-ledak.
"Sejak 2003, saya tidak setuju Babakan Siliwangi diprivatisasi. Silakan yang lain setuju, saya tidak," kata Acil. Ia mengatakan, diskusi ini diharapkan akan dihadiri pihak pengembang, PT Esa Gemilang Indah (EGI). Tapi ia kecewa karena tak satu pun wakil PT EGI hadir. Saking kecewanya, Acil menggebrak meja di depan tempat duduk Dada Rosada dan Ayi Vivananda. "Saya sudah tahu PT EGI tidak akan datang. Saya ingin gambar (rencana pembangunan, Red), bukan peta-peta seperti ini," kata Acil.
Ketegangan semakin memuncak ketika Herman Ibrahim meminta diskusi itu ditutup karena pembahasannya sudah irasional. Melihat situasi memanas ini, "Abah" Iwan Abdurahman berdiri dan meminta diskusi ditutup. Ia sangat menyesalkan kejadian itu. Semua orang sangat antusias datang ke Lemlit Unpad untuk memberikan saran tentang penataan Baksil. Namun acara itu dirusak dengan pertengkaran.
"Saya sebagai Ketua Dewan Penyantun menyesalkan rumah ini menjadi tempat untuk memecah belah dan pertengkaran," kata Iwan. Ketua Lemlit Unpad Oekan S Abdoellah juga mengatakan hal serupa. Acil kemudian meminta maaf atas insiden itu. Ia mengaku dirinya emosi. Untuk meredakan amarah dan ketegangan, Iwan meminta mengakhiri acara dengan berdoa bersama. Acil diminta untuk memimpin doa.
Herman, yang dihubungi Sabtu (11/10), mengatakan, masalah adu mulut adalah hal biasa dalam forum. Ia menyambut baik kritikan masyarakat dan pakar atas rencana kawasan Baksil. Namun ia menilai ketua panitia memojokkan dan membentak-bentak serta menggebrak meja di depan Wali Kota, Wakil Wali Kota, Sekda, dan pejabat lainya. "Sebagai warga negara dan warga Kota Bandung, saya tidak terima sikap Acil yang tidak menghargai pejabat, artinya penghinaan terhadp institusi," ujarnya. (dia/tsm)
No comments:
Post a Comment