KOMPAS Jawa Barat, Cikapundung (MHF), 12 Mei 2007
Foto: Sobirin, 2002, WC model meriam Sekeloa Bandung
Kota Bandung kini tengah dilanda krisis air. Saat hujan Bandung dikepung banjir, sementara saat kemarau kekurangan air. "Ini dampak nyata dari kerusakan lingkungan," kata anggota Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Sobirin di Bandung, Jumat (11/5).
Menurut Sobirin, pada tahun 1931 (jaman Bandung disebut Parisj van Java) ketersediaan air mencapai 675 meter kubik per jiwa per tahun. Saat itu kawasan lindung masih sangat baik. Kini, ketersediaan air hanya 10 meter kubik per jiwa per tahun (dalam KOMPAS Jawa Barat, 12 Mei 2007 versi cetak tertulis 100 meter kubik per jiwa per tahun, seharusnya 10 meter kubik per jiwa per tahun, wartawan MHF salah ketik, dengan ini diralat) dan run-off mencapai 95 persen. (MHF)
Kota Bandung kini tengah dilanda krisis air. Saat hujan Bandung dikepung banjir, sementara saat kemarau kekurangan air. "Ini dampak nyata dari kerusakan lingkungan," kata anggota Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Sobirin di Bandung, Jumat (11/5).
Menurut Sobirin, pada tahun 1931 (jaman Bandung disebut Parisj van Java) ketersediaan air mencapai 675 meter kubik per jiwa per tahun. Saat itu kawasan lindung masih sangat baik. Kini, ketersediaan air hanya 10 meter kubik per jiwa per tahun (dalam KOMPAS Jawa Barat, 12 Mei 2007 versi cetak tertulis 100 meter kubik per jiwa per tahun, seharusnya 10 meter kubik per jiwa per tahun, wartawan MHF salah ketik, dengan ini diralat) dan run-off mencapai 95 persen. (MHF)
No comments:
Post a Comment