DISINKOM, www.bandung.go.id
Foto: WPL-BPLHD Jawa Barat, 2002
Selasa, 09 Januari 2007
Menghadirkan nara sumber, Ir Sobirin, Prof DR H M Abdurrahman, MA, Hj Popong Djundjunan, Tjetje Padmadinata dan Drs H Suherman MPd.
Lingkungan hidup dalam perkembangan tata kehidupan social masyarakat maupun tata pergaulan antar bangsa , merupakan sebuah isu penting, yang selalu menjadi syarat dalam proses pelaksanaan pembangunan. Bahkan dalam konteks perdagangan bebas dewasa ini, kualitas lingkungan hidup ditetapkan sebagai standar dalam aktifitas produksi khususnya industri.
“Karenanya konsepsi pembangunan berkelanjutan yang baik dan mendatangkan kesejahteraan, adalah yang mendudukan pembangunan bidang lingkungan hidup sebagai prioritas”, tandas walikota dalam acara kuliah umum calon guru Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) pada sekolah se Kota Bandung, di Aula Saraswati Jalan Gegerkalong Hilir Bandung, Jum’at (05/01/07). Menghadirkan nara sumber, Ir Sobirin, Prof DR H M Abdurrahman, MA, Hj Popong Djundjunan, Tjetje Padmadinata dan Drs H Suherman MPd.
Kondisi lingkungan hidup puluhan tahun sebelumnya, digambarkan walikota, Kota Bandung mengalami degradasi yang cukup tajam. Ditandai dengan semakin berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH)m pepohonan berkurang banyak, bunga yang menjadi identitas Bandung Kota Kembang semakin langka, air tanah semakin kritis, udara pekat dengan pencemaran, sungai mendangkal dan meluasnya daerah-daerah genangan jika hujan turun.
Meski kualitas lingkungan hidup Kota Bandung masih dalam kondisi memprihatinkan, namun dalam tiga tahun terakhir, melalui upaya dan kerja keras seluruh stakeholder, telah mengalami lonjakan aktifitas rehabilitasi lingkungan hidup yang tergolong besar dan monumental.
“Mudah-mudahan langkah menjadikan pendidikan lingkungan hidup menjadi muatan lokal di semua jenjang pendidikan, mewujudkan keinginan kita dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup Kota Bandung”, harap walikota.
Secara kuantitas dikatakan walikota, Bandung mampu menambah kapasitas alam dan lingkungan hidup. Pohon mulai bertambah, RTH mengalami penambahan melalui alih fungsi SPBU, alin fungsi eks TPA Cicabe dan Pasir Impun menjadi taman hutan kota, penataan kawasan punclut, revitalisasi taman Tagallega, Gerakan Cikapundung Bersih (GCB), Gerakan Sejuta Bunga Untuk Bandung (GSUB), pengendalian pencemaran udara (Program Langit Biru) dan Gerakan Pembibitan, Penanaman, Pemeliharaan dan Pengawasan Lingkungan Hidup (GP4LH), gerakam pembuatan sumur serapan yang sudah menjadi persyaratan dalam mendirikan bangunan.
“Kepada para pengembang untuk sebuah kawasan pemukiman baru, Saya juga akan mensyaratkan adanya pembuatan situ atau daanau buatan sebagai media tangkapan air. Bahkan bagi pendidik yang berhasil membangun sekoah berwawasan lingkungan hidup yang baik akan saya beri hadiah Umroh”, janji walikota.
Namun menurutnya, upaya dan gerakan tersebut akan bersifat temporer, jika secara cultural tidak dibangun perilaku masyarakat yang sadar lingkungan. “Karenanya saya mengandalkan jalur pendidikan sebagai salah satu upaya membentuk perilaku masyarakat yang ramah dan arif terhadap lingkungan, yang dimulai sejak masih kanak-kanak”, harapnya seraya menambahkan, Mulok PLH adalah suatu proses transformasi nilai Behavioritic atau keterlibatab siswa secara langsung dalam even pembangunan lingkungan hidup. PLH adalah juga pembangunan karakter manusia secara sadar dan mandiri melakukan roteksi terhadap alam, meskipun hanya diberikan 2 jam pelajaran dalam setiap minggunya, serta dilaksanakan pada semester 2 ttahun Pelajaran 2006/2007.
Bobot mulok PLH ini, dikatakan walikota, harus lebih menekankan pada aspek praktikal daripada materi, dengan proporsi 40 % teori dan 60 % praktik untuk jenjang pendidikan TK/RA dan SD/NI. Sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK, 30 % teori dan 70 % praktik.
Ketua Forum Silaturahmi Umat Beragama (FSUB) Kota Bandung, Drs Suherman MPd, mengatakan, memelihara lingkungan hidup hukumnya adalah ibadah shodaqoh wajib. Bahkan Al Qur’an mengungkap lingkungan hidup, diantaranya air sebanyak 49 kali, pepohonan 19 kali dan udara 22 kali. Namun sayangnya, khususnya air, perilaku manusia masih melakukan tindakan mubazir bahkan mencemarinya. Padahal menurut Al Qur’an, (S Al Anbiya ayat 30) dari air Allah menjadikan segala sesuatu yang hidup. Artinya air itu hidup dan memberikan kehidupan bagi semua mahluk hidup. “Jika hendak air itu mulia, maka masukakanlah ayat-ayat yang mulia kepadanya”, ucap Suhermas. (www.bandung.go.id)
Foto: WPL-BPLHD Jawa Barat, 2002
Selasa, 09 Januari 2007
Menghadirkan nara sumber, Ir Sobirin, Prof DR H M Abdurrahman, MA, Hj Popong Djundjunan, Tjetje Padmadinata dan Drs H Suherman MPd.
Lingkungan hidup dalam perkembangan tata kehidupan social masyarakat maupun tata pergaulan antar bangsa , merupakan sebuah isu penting, yang selalu menjadi syarat dalam proses pelaksanaan pembangunan. Bahkan dalam konteks perdagangan bebas dewasa ini, kualitas lingkungan hidup ditetapkan sebagai standar dalam aktifitas produksi khususnya industri.
“Karenanya konsepsi pembangunan berkelanjutan yang baik dan mendatangkan kesejahteraan, adalah yang mendudukan pembangunan bidang lingkungan hidup sebagai prioritas”, tandas walikota dalam acara kuliah umum calon guru Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) pada sekolah se Kota Bandung, di Aula Saraswati Jalan Gegerkalong Hilir Bandung, Jum’at (05/01/07). Menghadirkan nara sumber, Ir Sobirin, Prof DR H M Abdurrahman, MA, Hj Popong Djundjunan, Tjetje Padmadinata dan Drs H Suherman MPd.
Kondisi lingkungan hidup puluhan tahun sebelumnya, digambarkan walikota, Kota Bandung mengalami degradasi yang cukup tajam. Ditandai dengan semakin berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH)m pepohonan berkurang banyak, bunga yang menjadi identitas Bandung Kota Kembang semakin langka, air tanah semakin kritis, udara pekat dengan pencemaran, sungai mendangkal dan meluasnya daerah-daerah genangan jika hujan turun.
Meski kualitas lingkungan hidup Kota Bandung masih dalam kondisi memprihatinkan, namun dalam tiga tahun terakhir, melalui upaya dan kerja keras seluruh stakeholder, telah mengalami lonjakan aktifitas rehabilitasi lingkungan hidup yang tergolong besar dan monumental.
“Mudah-mudahan langkah menjadikan pendidikan lingkungan hidup menjadi muatan lokal di semua jenjang pendidikan, mewujudkan keinginan kita dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup Kota Bandung”, harap walikota.
Secara kuantitas dikatakan walikota, Bandung mampu menambah kapasitas alam dan lingkungan hidup. Pohon mulai bertambah, RTH mengalami penambahan melalui alih fungsi SPBU, alin fungsi eks TPA Cicabe dan Pasir Impun menjadi taman hutan kota, penataan kawasan punclut, revitalisasi taman Tagallega, Gerakan Cikapundung Bersih (GCB), Gerakan Sejuta Bunga Untuk Bandung (GSUB), pengendalian pencemaran udara (Program Langit Biru) dan Gerakan Pembibitan, Penanaman, Pemeliharaan dan Pengawasan Lingkungan Hidup (GP4LH), gerakam pembuatan sumur serapan yang sudah menjadi persyaratan dalam mendirikan bangunan.
“Kepada para pengembang untuk sebuah kawasan pemukiman baru, Saya juga akan mensyaratkan adanya pembuatan situ atau daanau buatan sebagai media tangkapan air. Bahkan bagi pendidik yang berhasil membangun sekoah berwawasan lingkungan hidup yang baik akan saya beri hadiah Umroh”, janji walikota.
Namun menurutnya, upaya dan gerakan tersebut akan bersifat temporer, jika secara cultural tidak dibangun perilaku masyarakat yang sadar lingkungan. “Karenanya saya mengandalkan jalur pendidikan sebagai salah satu upaya membentuk perilaku masyarakat yang ramah dan arif terhadap lingkungan, yang dimulai sejak masih kanak-kanak”, harapnya seraya menambahkan, Mulok PLH adalah suatu proses transformasi nilai Behavioritic atau keterlibatab siswa secara langsung dalam even pembangunan lingkungan hidup. PLH adalah juga pembangunan karakter manusia secara sadar dan mandiri melakukan roteksi terhadap alam, meskipun hanya diberikan 2 jam pelajaran dalam setiap minggunya, serta dilaksanakan pada semester 2 ttahun Pelajaran 2006/2007.
Bobot mulok PLH ini, dikatakan walikota, harus lebih menekankan pada aspek praktikal daripada materi, dengan proporsi 40 % teori dan 60 % praktik untuk jenjang pendidikan TK/RA dan SD/NI. Sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK, 30 % teori dan 70 % praktik.
Ketua Forum Silaturahmi Umat Beragama (FSUB) Kota Bandung, Drs Suherman MPd, mengatakan, memelihara lingkungan hidup hukumnya adalah ibadah shodaqoh wajib. Bahkan Al Qur’an mengungkap lingkungan hidup, diantaranya air sebanyak 49 kali, pepohonan 19 kali dan udara 22 kali. Namun sayangnya, khususnya air, perilaku manusia masih melakukan tindakan mubazir bahkan mencemarinya. Padahal menurut Al Qur’an, (S Al Anbiya ayat 30) dari air Allah menjadikan segala sesuatu yang hidup. Artinya air itu hidup dan memberikan kehidupan bagi semua mahluk hidup. “Jika hendak air itu mulia, maka masukakanlah ayat-ayat yang mulia kepadanya”, ucap Suhermas. (www.bandung.go.id)
No comments:
Post a Comment