KOMPAS Jawa Barat (CHE), 18 Mei 2007, Iklim
Foto: Sobirin, 2006, Hutan Lindung Jawa Barat Gundul
Anggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Supardijono Sobirin mengatakan, dari 791.519,33 hektar hutan hanya sekitar 300.000 hektar yang masih berupa hutan.
Bandung, Kompas - Predikat Bandung sebagai salah satu kota yang sejuk di republik ini kini terancam. Banyak pembangunan perumahan baru yang tidak terkendali di kota ini merupakan salah satu penyebab utama cuaca Bandung semakin panas. Kerusakan hutan di sekeliling Bandung dan minimnya ruang terbuka hijau atau RTH kota juga menjadi penyebab terbesar lainnya.
Berdasarkan data tahun 2004, suhu di wilayah Kota Bandung berkisar 27 derajat Celcius. Padahal, idealnya untuk jenis kota seperti ini hanya berkisar 23 derajat Celcius.
Menurut ahli planologi Institut Teknologi Bandung Denny Zulkaidi, Senin (14/5), perkembangan perumahan yang pesat di Kota Bandung menjadi penyebabnya. Pasalnya, rumah yang dibangun kebanyakan menggunakan bahan atau material yang memantulkan cahaya dan menyebabkan efek rumah kaca. Apalagi, bentuk kebanyakan bangunan itu rendah dan tidak memendarkan panas.
"Mengenai titik yang paling besar biasanya berada di daerah pembangunan perumahan yang baru dengan tingkat kepadatan yang tinggi. Di sana, teorinya akan menimbulkan daerah yang dinamakan heat island. Apalagi, bila di rumah itu sangat sedikit ventilasi dan lebih mengandalkan air conditioner," kata Denny.
Selain itu, hal terbesar yang memengaruhinya adalah minimnya RTH kota dan perusakan hutan di daerah sekeliling Bandung, khususnya daerah Cekungan Bandung.
Berdasarkan data tahun 2005, dari luas wilayah 16.729 hektar baru 6,9 persen atau 1.154,9 hektar RTH di Kota Bandung. Potensinya terdiri dari jajaran pohon pelindung yang luasnya mencapai 902 hektar atau 78 persen dari luas RTH. Sisanya disumbang pemakaman sebesar 12 persen dan taman kota sebesar 10 persen. Tidak seimbang
Di lain sisi, luas terbangun mencapai 72 persen. Sekitar 53,4 persen di antaranya dipergunakan sebagai permukiman untuk 2,6 juta penduduk.
Jumlah itu dianggap banyak pengamat lingkungan sangat tidak seimbang dengan kebutuhan RTH wilayah perkotaan yang minimal mempunyai minimal 30 persen dari luas kota. Bahkan, jumlah 6,9 persen masih jauh dari Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah yang mengisyaratkan minimal RTH sebesar 10 persen.
Sementara itu, sebagian besar hutan di Jawa Barat rusak berat. Hal ini dapat mengancam keselamatan manusia akibat bencana yang disebabkan rusaknya hutan tersebut. Anggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Supardijono Sobirin mengatakan, dari 791.519,33 hektar hutan hanya sekitar 300.000 hektar yang masih berupa hutan.
Data Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten menyebutkan, hingga November 2006 pencurian pohon di Jabar mencapai 6.473 batang, perambahan hutan 448,41 hektar, perusakan hutan 23,2 hektar, penggembalaan 35,5 hektar, bencana alam 57,76 hektar, dan kebakaran hutan menghanguskan 7.495,99 hektar. (CHE)
Bandung, Kompas - Predikat Bandung sebagai salah satu kota yang sejuk di republik ini kini terancam. Banyak pembangunan perumahan baru yang tidak terkendali di kota ini merupakan salah satu penyebab utama cuaca Bandung semakin panas. Kerusakan hutan di sekeliling Bandung dan minimnya ruang terbuka hijau atau RTH kota juga menjadi penyebab terbesar lainnya.
Berdasarkan data tahun 2004, suhu di wilayah Kota Bandung berkisar 27 derajat Celcius. Padahal, idealnya untuk jenis kota seperti ini hanya berkisar 23 derajat Celcius.
Menurut ahli planologi Institut Teknologi Bandung Denny Zulkaidi, Senin (14/5), perkembangan perumahan yang pesat di Kota Bandung menjadi penyebabnya. Pasalnya, rumah yang dibangun kebanyakan menggunakan bahan atau material yang memantulkan cahaya dan menyebabkan efek rumah kaca. Apalagi, bentuk kebanyakan bangunan itu rendah dan tidak memendarkan panas.
"Mengenai titik yang paling besar biasanya berada di daerah pembangunan perumahan yang baru dengan tingkat kepadatan yang tinggi. Di sana, teorinya akan menimbulkan daerah yang dinamakan heat island. Apalagi, bila di rumah itu sangat sedikit ventilasi dan lebih mengandalkan air conditioner," kata Denny.
Selain itu, hal terbesar yang memengaruhinya adalah minimnya RTH kota dan perusakan hutan di daerah sekeliling Bandung, khususnya daerah Cekungan Bandung.
Berdasarkan data tahun 2005, dari luas wilayah 16.729 hektar baru 6,9 persen atau 1.154,9 hektar RTH di Kota Bandung. Potensinya terdiri dari jajaran pohon pelindung yang luasnya mencapai 902 hektar atau 78 persen dari luas RTH. Sisanya disumbang pemakaman sebesar 12 persen dan taman kota sebesar 10 persen. Tidak seimbang
Di lain sisi, luas terbangun mencapai 72 persen. Sekitar 53,4 persen di antaranya dipergunakan sebagai permukiman untuk 2,6 juta penduduk.
Jumlah itu dianggap banyak pengamat lingkungan sangat tidak seimbang dengan kebutuhan RTH wilayah perkotaan yang minimal mempunyai minimal 30 persen dari luas kota. Bahkan, jumlah 6,9 persen masih jauh dari Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah yang mengisyaratkan minimal RTH sebesar 10 persen.
Sementara itu, sebagian besar hutan di Jawa Barat rusak berat. Hal ini dapat mengancam keselamatan manusia akibat bencana yang disebabkan rusaknya hutan tersebut. Anggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Supardijono Sobirin mengatakan, dari 791.519,33 hektar hutan hanya sekitar 300.000 hektar yang masih berupa hutan.
Data Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten menyebutkan, hingga November 2006 pencurian pohon di Jabar mencapai 6.473 batang, perambahan hutan 448,41 hektar, perusakan hutan 23,2 hektar, penggembalaan 35,5 hektar, bencana alam 57,76 hektar, dan kebakaran hutan menghanguskan 7.495,99 hektar. (CHE)
No comments:
Post a Comment