Tuesday, August 30, 2011

BISAKAH SUNGAI CIKAPUNDUNG BERSIH LESTARI?

Oleh: Supardiyono Sobirin/ DPKLTS dan Bandung Spirit
Gambar: Sobirin
Pada peringatan Hari Air Sedunia, saya memberikan presentasi di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum, dengan judul: “Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Sungai di Perkotaan”. Sejak Kota Bandung semakin dipadati oleh manusia, S. Cikapundung semakin keruh tercemar. Klik.




Apakah S. Cikapundung bisa bersih kembali seperti dulu? Manusia harus bersedia memelihara lingkungan dan berkolaborasi dengan sifat alami S. Cikapundung. Klik.

Read More..

KEARIFAN TRADISIONAL DAN PERUBAHAN IKLIM

Oleh: Supardiyono Sobirin/ DPKLTS dan Bandung Spirit
Gambar: Sobirin

Beberapa waktu berselang, saya diminta oleh bapak Dr. Hidayat Pawitan dari IPB, bekerjasama dengan Kantor Menristek, untuk menyampaikan makalah tentang “Kearifan Tradisional dan Perubahan Iklim”. Apakah kearifan tradisional masih ada? Mampukah menghadapi perubahan iklim? Klik.





Banyak kalangan ahli mengatakan bahwa kearifan tradisional itu tinggal merupakan dongeng dan mitos, sebab tidak cocok lagi dengan situasi dan kondisi sekarang. Sebenarnya kalau tidak cocok, seberapa besar ketidak-cocokannya itu? Menurut saya kearifan tradisional ini masih tangguh untuk menghadapi perubahan iklim. Hanya memang perlu digali kembali.Klik.

Read More..

Monday, August 29, 2011

MISTERI AIR KEHIDUPAN

Oleh: Supardiyono Sobirin/ DPKLTS
Gambar: Sobirin

Waktu ada perhelatan Pasar Seni ITB beberapa waktu lalu, sobat saya, kang Tisna Sanjaya dosen Seni Rupa ITB, meminta saya ceramah tentang "Misteri Air Kehidupan". Air memang penuh misteri, manusia yang tidak bisa dipisahkan dari air. Ini terlampir "file"nya. Silahkan klik untuk berbagi informasi.





Benarkah bumi adalah planet air? Berapa banyak jumlah air yang bisa dikonsumsi manusia dibumi? Bisakah air berkomunikasi dengan makhluk lain? Silahkan klik.

Read More..

NEGOSIASI KONFLIK LINGKUNGAN

Oleh: Supardiyono Sobirin/ DPKLTS
Gambar: Sobirin

Beberapa kali saya diminta ceramah di School of Business and Management (SBM)-ITB, melengkapi perkuliahan bapak Dr. Utomo Sarjono Putro, tentang fakta di lapangan mengenai "NEGOSIASI KONFLIK LINGKUNGAN”. Pembangunan justru sebaliknya bisa menyebabkan konflik dan kerusakan lingkungan. Klik.





Pembangunan belum tentu pro rakyat dan juga pro lingkungan. Sebaliknya bisa terjadi konflik dengan masyarakat dan kerusakan lingkungan. Padahal yang dinamakan pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang berdasar 3P (for people, for prosperity, for planet). Untuk kesejahteraan masyarakat, untuk kemajuan ekonomi bangsa, dan untuk kelestarian lingkungan. Klik.

Read More..

BENCANA DAN KEARIFAN LOKAL

Oleh: Supardiyono Sobirin/ DPKLTS
Gambar: Sobirin

Ketika peringatan Hari Lingkungan 5 Juni 2011 yang lalu, saya menyampaikan presentasi: “Bencana dan Kearifan Lokal”. UU No 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana, menyebutkan jenis bencana terdiri dari Bencana Alam, Bencana Non-Alam, dan Bencana Sosial. Presentasi saya dapat diklik di sini.





Kearifan lokal yang selama ini banyak ditinggalkan, karena banyak ahli yang mengatakan hanya sekedar mitos, ternyata bila ditelaah secara mendalam, masih cukup handal dalam rangka penanggulangan bencana, apalagi dalam implementasinya berbasis masyarakat. Sekali lagi silhkan klik, dan semoga ada manfaatnya

Read More..

Thursday, August 25, 2011

NGAJAGA LEMBUR, MENJAGA LINGKUNGAN

MENJAGA KETENTERAMAN LINGKUNGAN
Oleh: Supardiyono Sobirin/ DPKLTS

Foto: Sobirin

Dalam seminar di hotel mewah, rapat di kantor, diskusi di kelompok, perdebatan di warung kopi selalu kita temui kegagapan dan kegagalan komunikasi, tidak menyambung, dan apa yang dibahas tidak sampai kepada sasaran, ujung-ujungnya tidak ada hasil apa pun, bahkan bisa timbul pertengkaran.





NGAJAGA LEMBUR
Oleh: Sobirin/ Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda/ 25 Juni 2011
Berkiprah tanpa ijasah - Berkibar tanpa gelar - Bermartabat tanpa pangkat


ISSUE:

Bencana telah banyak melanda dan mengganggu kehidupan masyarakat:
- Bencana alam oleh peristiwa gempa bumi, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, tanah langsor.

- Bencana non-alam oleh peristiwa gagal teknologi, gagal modernisasi, wabah penyakit.

- Bencana sosial oleh peristiwa ulah manusia, konflik sosial, teror, narkoba, geng anak tanggung.


Ketika bencana datang, semua terkaget-kaget, merasa kecolongan. Ketika bencana datang, para ahli ribut, berteori, dan saling menyalahkan. Ketika bencana surut, maka surut pula perhatian akan bencana yang telah berlalu. Ketika bencana datang lagi, kita terkaget-kaget kembali………..!!


AKAR MASALAH:


- Masyarakat: tidak menghargai budaya di mana mereka tinggal

- Masyarakat: lupa waktu, lupa musim, lupa kalender
- Masyarakat: hilang ikatan dengan sesama

- Masyarakat: hilang silaturahmi dengan alam

- Masyarakat: mengalami gagap komunikasi.


ANALISIS:


Emha Ainun Najib (2007) dalam bukunya: Kiai Bejo, Kiai Untung, Kiai Hoki (Kompas 2007) menuliskan tentang kegagapan dan kegagalan komunikasi:

Dua orang berpapasan, saling menyapa:

- Mau ke mana kang? Mancing ya?

+ O enggak kok. Saya mau mancing kok!

- O ya sudah. Saya kira mau mancing.


Dalam seminar, rapat, diskusi, perdebatan di warung kopi selalu kita temui kegagapan dan kegagalan komunikasi, tidak menyambung, dan apa yang dibahas tidak sampai kepada sasaran, ujung-ujungnya tidak ada hasil apa-apa, bahkan bisa timbul pertengkaran, “pasea”.


Di satu peristiwa mungkin masyarakat lega atau tdk peduli, yg penting telah bicara tentang “mancing”, walau dialognya asal-asalan sekedarnya.

Tapi di peristiwa lain, bisa terjadi salah paham, sampai tawuran.
“Mancing” pun tidak jadi, keburu ikannya diambil orang lain.

Bisa jadi kekacauan pembangunan, kebobrokan mengurus negeri, oleh sebab kegagalan komunikasi, apalagi dibumbui dengan:

- tidak transparan

- tidak sesuai hukum
- tidak partisipatif

BAGAIMANA UPAYA:


Kembali ke PITUTUR TILU UGA KARUHUN (basa Sunda: Tiga Nasehat Nenek Moyang)

Tata Wayah:

Mencatat kalender jadwal alam, kapan halodo, kapan labuh, kapan ngijih, kapan dangdangrat.


Fenomena alam apa yg terjadi pd musim-musim tersebut: banjir, kekeringan, turaes berbunyi, kunang2 muncul, gempa, gunung meletus, gerhana, peta panonpoe, peta bulan, peta bentang.


Kegiatan apa yg dilakukan di kampung: kapan hari raya, kapan musim mantu, kapan menanam, kapan panen, kapan harus menabung.

Urutan waktu karuhun: Kongkorongok hayam, SUBUH, Balebat, Carangcang tihang, Meletek panonpoe, Isuk-isuk, Haneut moyan, Pecat sawed, Tangange, LOHOR, Lingsir, Tunggang gunung, Sore, Sariak layung, ASAR, Ngampih laleur, Burit, Sandekala, Sareupna, MAGRIB, Harieum beungeut, ISYA, Sareureuh budak, Sareureuh kolot, Tengah peuting, Janari leutik, Janari gede, Kongkorongok hayam.


Tata Wilayah:


-Gunung Kaian

-Gawir Awian

-Cinyusu Rumateun

-Pasir Talunan

-Sampalan Kebonan
-Dataran Sawahan

-Legok Balongan
-Walungan Pulasaraen

-Basisir Jagaeun

-Kalakay Angoneun

-Tunggul Pelakeun

-Kabuyutan Sucikeun

Tata Lampah:


-Urus Lembur: transparan, keterbukaan
-Panceg Dina Galur, sesuai aturan yg berlaku
-Akur Jeung Dulur, partisipasi, kebersamaan.

Desa Kuat Negara Kuat:
-Ketahanan pangan, energi, lingkungan, dan budaya lokal

-Gerakan moral, reformasi moral, etos kerja

-SKS (Studi Kampung Sendiri)

-Peta Rawan Bencana Desa buatan masyarakat sendiri

-Mengurangi ancaman bencana (mitigasi)

-Siap Siaga bila bencana datang tiba-tiba

-Mendorong warga mampu menolong diri-sendiri

-Daur ulang sampah (kompos, dll), desa bersih, desa sehat

-Pertanian rumah tangga, pertanian kampung, talun, wanatani

-Bersihkan selokan di kampung, berikan ruang lebih banyak untuk air bersih.
-Pembangun tidak merusak lingkungan (Low Impact Development)
-Koperasi perdesaan yang jujur untuk kesekjahteraan warga.
-Jangan geledug ces, bubar katawuran, paeh di tengah jalan.


Esensi pendekatan partisipatif masyarakat dalam ngajaga lembur secara implisit terangkum dalam puisi karya pujangga klasik Cina, yaitu Lao Tzu:

Pergi dan temuilah masyarakatmu,
Hiduplah dan tinggallah bersama mereka,
Cintai dan berkaryalah dengan mereka,
Mulailah dari apa yang mereka miliki,

Buatlah rencana dan bangunlah rencana itu,

Dari apa yang mereka ketahui,

Sampai akhirnya ketika pekerjaan usai,

Mereka akan berkata:

“Kami yang telah mengerjakannya!”.

Mari sedulur-sedulur, kita ngajaga lembur!

Read More..

Sunday, August 21, 2011

MENGAKRABKAN MASYARAKAT KEPADA SAMPAH

Majalah Keluarga MUZAKKI, Edisi 70 Tahun ke VI April 2011, halaman 10
Peliput: JH, www.muzakki.com

Foto: Sobirin 2011

Sobirin Supardiyono bukan orang yang memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan kegiatan yang dilakukannya sekarang. Ia lulusan Teknik Geologi di sebuah universitas ternama di Bandung. Masalah sampah yang tak kunjung usai, membuatnya menjadi sesuatu yang harus ditangani secara serius.







“Jika sebuah Desa itu kuat, maka akan melahirkan sebuah Negara yang kuat pula.” Itulah yang dikatakan Sobirin Supardiyono, seorang pemerhati lingkungan yang peduli dengan daur ulang sampah dan kini dapat memetik hasil yang manis dari perjuangannnya untuk masyarakat.

Sobirin Supardiyono bukan orang yang memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan kegiatan yang dilakukannya sekarang. Ia lulusan Teknik Geologi di sebuah universitas ternama di Bandung. Dengan masalah sampah yang tak kunjung usai, minimnya pengetahuan masyarakat tentang pengolahan sampah, ditambah makin menumpuknya sampah rumah tangga, membuatnya menjadi sesuatu yang harus ditangani secara serius. Hal inilah yang membuatnya terjun untuk mengolah sampah menjadi barang bernilai.


Dengan motto mewakafkan sisa umur untuk kemaslahatan sosial dan lingkungan, Ia mengajak semua lapisan masyarakat dan instasi manapun, untuk ikut menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Dukungan dari keluarga pun sangat mempengaruhi keberhasilannya. Ditambah kemauan dan tekad yang tinggi, serta sikap pantang menyerah. Meskipun awalnya ia dicemooh warga sekitar karena mengumpulkan sampah, namun pada akhirnya semuanya menjadi baik.

Sobirin Supardiyono adalah penggagas rumah sehat dan mengelola sampah menjadi bernilai. Cara yang digunakannya dengan jalan mengubah beberapa jenis sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos dan handy craft. Untuk mengolahnya, Ia membentuk struktur keluarga peduli sampah; dan masing-masing bertanggung jawab menjaga kebersihan lingkungannya. Selanjutnya, sampah-sampah itu dipisah antara sampah organik dan non organik. Lalu ditimbun dalam tanah dengan alat yang disebut komposter organik. Setelah beberapa hari, sampah berubah menjadi pupuk kompos yang berkualitas, dapat digunakan untuk pertanian rumah tangga atau dijual.


Dengan memanfaatkan halaman rumah yang cukup luas, Ia pun menggunakannya untuk pertanian rumah tangga. “Untuk sampah plastik, saya membersihkannya terlebih dahulu. Setelah itu dijemur dan diberikan ke pemulung. Air hasil pencucian sampah juga tidak dibuang begitu saja, tapi saya gunakan sebagai pupuk cair setelah disaring dari sisa-sisa kotoran, dan bisa langsung disiram ke tanamannya,”ungkap lelaki yang selalu tampil bersahaja ini.


Cara ini ternyata banyak mengundang perhatian masyarakat luas. Tidak hanya dari masyarakat biasa, namun dari artis hingga masyarakat luar negeri juga datang berkunjung ke kediamannya di Jl. Alfa Cigadung Bandung Jawa Barat. Beberapa hal yang membuatnya tetap eksis dalam kegiatannya ini, ia yakin akan kemampuan, membangun kesadaran diri peduli lingkungan, membangun korelasi pada masyarakat, juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

“Saya dengar, saya ingat. Saya lihat, saya lupa. Saya melihat, dan saya mengerjakannya. Kemudian saya mampu melakukannya,”ujarnya. Tidak lupa, kegiatan yang dilakukan haruslah menjadi budaya diri sendiri. Dengan terciptanya keselarasan dan kebersihan terhadap lingkungan, maka segala bentuk penyakit dan bencana dari sampah akan teratasi. (jh)


Nama : Sobirin Supardiyono

TTL : Gombong, 4 Februari 1944
Profesi : Praktisi Lingkungan (anggota Dewan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat)

Pendidikan : Teknik Geologi, ITB Bandung (1962-1970)

Blog : www.clearwaste.blogspot.com

Read More..