Monday, September 15, 2008

PIPA PECAH, SUPLAI AIR BERSIH KACAU

Koran SINDO, 15-09-2008, wisnoe moerti/ miftahul ulum
Foto: Usep Usman Nasrulloh 2008, Pikiran Rakyat, Pipa Meledak

Sementara itu, anggota Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda Sobirin Supardiyono mengungkapkan, kejadian tersebut menunjukkan lemahnya sistem pengawasan dan pemeliharaan fasilitas publik yang seharusnya juga menjadi perhatian PDAM Kota Bandung.




BANDUNG (SINDO) –
Suplai air untuk ribuan pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung dipastikan terganggu untuk 3-4 hari ke depan. Hal ini menyusul pecahnya pipa transmisi Cisangkuy lama di Jalan Banjaran,Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung,Sabtu (13/9) malam. Pipa transmisi berdiameter 800 mm yang dipasang sejak tahun 1959 pecah sekitar pukul 23.30 WIB.


”Saat ini kami masih mencari tahu penyebab pecahnya pipa tersebut. Ini mungkin terjadi karena pergantian musim dari kemarau ke musim hujan, ditambah intensitas kendaraan berat yang melalui jalur tersebut terbilang cukup tinggi,” ujar Direktur Utama PDAM Kota Bandung Tardan Setiawan kepada SINDO kemarin.

Dia menjelaskan,untuk sementara, sekitar 40% pasokan air bersih dari pengolahan air di Badaksinga menuju Kota Bandung akan terhambat.Pecahnya pipa transmisi Cisangkuy lama dengan kedalaman sekitar 3–4 meter di bawah permukaan tanah tersebut mengakibatkan pasokan air bersihuntukpelangganPDAM di Kota Bandung terhambat dalam tiga sampai empat hari ke depan.


Pasalnya, debit air baku yang dialirkan dari Cikelung ke pengolahan air di Badaksinga mengalami penurunan sekitar 700 liter per detik. Debit air baku yang masih ada di pengolahan Badaksinga kini hanya sekitar 800 liter per detik. Secara otomatis terjadi penurunan debit air bersih di PDAM Kota Bandung yang semula 2.600 liter per detik menjadi 1.900 liter per detik.

Tardan menyebutkan,distribusi air yang dipastikan terganggu tersebar di sebagian wilayah Bandung timur, Bandung tengah, Bandung selatan, dan Bandung Barat. Pihak PDAM segera melakukan upaya perbaikan untuk mengatasi gangguan yang terjadi akibat pecahnya pipa transmisi tersebut.

”Perbaikan dimulai hari ini (kemarin). Diperkirakan akan memakan waktu sekitar empat hari.Tapi tentunya kami akan berusaha semaksimal mungkin karena ini menyangkut pelayanan kepada pelanggan. Selama itu pula aliran air ke pelanggan tentunya akan terganggu,” tandas Tardan.


Sementara itu, anggota Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda Sobirin Supardiyono mengungkapkan, kejadian tersebut menunjukkan lemahnya sistem pengawasan dan pemeliharaan fasilitas publik yang seharusnya juga menjadi perhatian PDAM Kota Bandung.


Infrastruktur, termasuk pipa transmisi air, merupakan salah satu fasilitas publik yang membutuhkan pemeliharaan simultan dan berkelanjutan. ”Konsep operasional pipa transmisi milik PDAM belum diimbangi dengan konsep pemeliharaan yang maksimal sehingga infrastruktur penunjang rentan mengalami kerusakan. Kalau infrastruktur (pipa) terus dipakai tanpa diimbangi maintenance yang baik, ya jadinya seperti ini.
Sama halnya dengan infrastruktur lain seperti rel kereta atau jalan yang juga membutuhkan pemeliharaan. Konsep pemeliharaan kita masih lemah. Harusnya saat ini sudah ada penggantian pipa yang sudah terlalu lama itu,” kata Sobirin.

Dia mengatakan, idealnya terjadi pergantian pipa transmisi setelah 50 tahun pemakaian. Pergantian tersebut bisa dilakukan dalam jangka waktu yang lama asalkan pemeliharaan tetap simultan dan maksimal. Berbicara mengenai kedalaman pipa, Sobirin mengatakan, karena ditanam sejak 49 tahun lalu, kedalaman tersebut dirasa cukup.
Menjadi masalah ketika saat ini mulai banyak kendaraan berat yang melintas di jalur tersebut.

Sobirin menandaskan, jika alasan lemahnya pemeliharaan infrastruktur lantaran minimnya dana yang dimiliki PDAM, seharusnya ada subsidi dari pihak lain yang juga berkepentingan.
Pecahnya pipa transmisi tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi para pelanggan,kecuali yang berada di wilayah Bandung bagian utara.Pasalnya, mereka akan mendapat suplai air dari Setiabudi, Punclut,dan sekitarnya. ”Tentunya masyarakat akan menuntut tanggung jawab PDAM atas kerugian tersebut,”pungkas dia. (wisnoe moerti/ miftahul ulum)

No comments: