Thursday, November 01, 2007

CILEUNCANG TAK TERATASI

KOORDINASI ANTAR SKPD BURUK
KOMPAS
Jawa Barat, 25 Oktober 2007, MHF

FOTO: Harry Surjana, PR, 26-04-2007, Cileuncang Bandung

Sobirin menjelaskan, diperlukan terobosan anggaran agar masyarakat bisa ikut menikmati buah kegotong-royongan mengatasi cileuncang.




BANDUNG, KOMPAS –
Memasuki musim hujan, Kota Bandung kembali diserbu banjir cileuncang. Ketidakmampuan Pemerintah Kota Bandung mengatasi banjir cileuncang disebabkan koordinasi yang buruk antar satuan kerja perangkat daerah atau SKPD.


Demikian dikatakan Sekretaris Komisi C DPRD Kota Bandung Muchsin Al-Fikri di Bandung, Rabu (24/10). “Tidak ada koordinasi. Semua berjalan sendiri-sendiri dan parsial,” ujarnya.

Muchsin menjelaskan, ketika terjadi banjir cileuncang, Dinas Pengairan, Dinas Bina Marga, dan dinas lainnya tidak bekerja sama dengan baik.

Padahal, jika SKPD mau bekerja bersama, bencana cileuncang dapat diantisipasi sejak jauh hari. Sebab, banjir cileuncang selalu terjadi setiap musim hujan sehingga dapat dipelajari karakteristiknya dan dicari jalan keluarnya.

Daerah yang rawan cileuncang antara lain Jalan Kopo, Buahbatu, Lombok, Aceh, Soekarno-Hatta, Madura, LL RE Martadinata, Dipati Ukur, Tegallega, Gatot Subroto, dan Pelajar Pejuang 45. “Hampir semua jalan di Kota Bandung rawan banjir cileuncang,” papar Muchsin.

Untuk membahas penanganan cileuncang, Muchsin berencana memanggil Dinas Bina Marga dan Dinas Pengairan Kota Bandung.

Anggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Sobirin mengatakan, cileuncang di suatu tempat bisa saja disebabkan hanya oleh hujan lokal, karena kawasan tersebut kedap air dan tidak memiliki pematus yang baik. Sebuah kawasan menjadi kedap air karena lapisan tanahnya tertutup benda, sehingga run-off limpasan menjadi sangat besar.

Menurut Sobirin, menghadapi musim hujan, pemerintah dan warga harus siap siaga. Upaya yang bisa dilakukan ialah mengeruk sampah dan endapan dari selokan, terutama di kawasan yang sering terjadi banjir cileuncang, serta memperbaiki riul yang menyumbat.

Selain itu, memperbaiki drainase agar gradien hidrauliknya mampu mematus genangan hingga ke anak sungai terdekat.

Di samping itu, kata Sobirin, di tempat-tempat tertentu di kawasan yang kerap dilanda cileuncang, segera dibuat sumur resapan sesuai ketentuan standar. Siapkan pompa air dan selang secukupnya untuk membantu mematus air yang tergenang menuju anak sungai atau drainase terdekat.

Sobirin menjelaskan, diperlukan terobosan anggaran agar masyarakat bisa ikut menikmati buah kegotong-royongan mengatasi cileuncang.

“Dari para pengusaha, pihak swasta dan pengembang yang berdekatan dengan lokasi cileuncang diminta ikut berpartisipasi dalam gotong royong ini,” ujarnya.

Wali Kota Bandung Dada Rosada meminta Dinas Pengairan dan Dinas Bina Marga memperbaiki drainase menjelang musim hujan. Camat dan aparat terkait diinstruksikan menambah sumur resapan.

Kepala Dinas Bina Marga Kota Bandung Rusjaf Adimanggala mengatakan, pihaknya telah membersihkan gorong-gorong dan memperbaiki jalan untuk mengantisipasi cileuncang.

“Tapi semua itu tidak ada artinya kalau masyarakat tetap membuang sampah sembarangan. Sebab, itu akan menyumbat saluran air,” ujarnya. (MHF)

No comments: