Friday, December 07, 2007

ANTARA AIR, TRIWEKO, DAN GORBACHEV

Pengukuhan Guru Besar Hidroteknik UNPAR, Prof. Triweko
Foto: UNPAR 2007, Info Gading 2007, Air Perkotaan
Oleh: SOBIRIN
Sebagai teman dari Prof. Triweko, saya sungguh mengaguminya. Sosok dari desa, sederhana, pandai, telah mengambil filosofi air dalam hidupnya, mengalir untuk kelestarian alam. Triweko mengutip syair tulisan Gorbachev tentang air sebagai berikut:


Tanggal 1 Desember 2007 yang lalu saya diundang untuk menghadiri Pengukuhan Guru Besar dalam bidang Hidroteknik pada Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan di Bandung, yaitu Prof. Robertus Wahyudi Triweko, Ph.D.

Sebagai teman dari Triweko ini, saya sungguh mengaguminya. Sosok yang berasal dari desa, sederhana dan pandai, telah mengambil filosofi air dalam kesehariannya, mengalir untuk kehidupan yang lerstari di muka bumi. Triweko mengutip syair tentang air yang dibuat oleh Mikhail Gorbachev mantan Presiden Rusia, Penerima Nobel Perdamaian. Berikut syair Gorbachev yang diterjemahkan dari Water Wisdom Book, UNESCO-IHE Institute for Water Education, 2004):


Air, seperti halnya agama dan ideologi,

mempunyai kekuatan untuk menggerakkan jutaan orang.

Sejak awal mula peradaban manusia,

orang telah bergerak untuk tinggal di dekatnya.

Orang berpindah ketika jumlahnya terlalu sedikit.

Orang berpindah ketika jumlahnya terlalu banyak.

Orang berjalan jauh mencarinya.

Orang menulis, bernyanyi dan berjoged tentangnya.

Orang bertengkar memperebutkannya.

Dan semua orang, di mana saja dan kapan saja,

membutuhkannya......

Karena kita telah digerakkan oleh air,
sekarang saatnya kita bergerak untuk menyelamatkannya.


Dalam pidato pengukuhannya, Triweko membacakan syair ini, mengingatkan bahwa hidup kita, dari dahulu kala sampai sekarang, tidak bisa dilepaskan dari air. Disertasi Triweko tentang air ini dituangkan dengan judul ”Pengelolaan Terpadu Tata Air Perkotaan di Indonesia: Tantangan dan Peluang”.

Kondisi perkotaan di negara-negara berkembang, khususnya Indonesia, selalu mengalami 3 masalah klasik: to much menjadi banjir, to little menjadi kekeringan, dan to dirty menjadi penyakit.


Triweko, yang dulunya seorang anak desa ini, dalam pidato pengukuhannya membahas secara sistematis, yaitu:

Permasalahan Tata Air Perkotaan di Indonesia.

Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.

Peningkatan Kemampuan dalam Pengeloaan Sumber Daya Air Terpadu.

Paradigma Baru Pengelolaan Tata Air Perkotaan.

Kerjasama Antar Lembaga.

Bab Permasalahan Tata Air Perkotaan di Indonesia di rinci lagi menjadi:
Pertumbuhan Daerah Perkotaan.

Penyediaan Air Bersih.
Penurunan Air Tanah.
Pencemaran Air.
Banjir dan Genangan.
Pengelolaan Sampah.

Alih Fungsi Lahan.


Triweko dengan cerdas menyatukan konsep yang selama selalu berdiri sendiri-sendiri dan sangat sektoral, yaitu tentang masalah ke-cipta karya-an dan masalah hidroteknik. Semua digabung menjadi konsep dengan paradigma baru yang mengkaitkan 3 fungsi tata air perkotaan, yaitu penyediaan air bersih, pengelolaan air limbah, dan pengelolaan air hujan.


Triweko sosok sederhana dengan filosofi hidupnya bagaikan air. Lahir pada tanggal 6 Juli 1954,di desa Sembuh di kaki Gunung Lawu, sebagai anak dari seorang guru Sekolah Dasar di desa tersebut. Melanjutkan SMP di Karanganyar yang berjarak 15 kilometer dari desanya, kemudian SMA Santo Yosef Surakarta. Sewaktu lulus SMA, Triweko telah memiliki ijasah Tata Buku A1 dan A2 untuk bekal hidupnya. Ketika Triweko bersiap mengikuti kursus montir mobil, datang panggilan dari Universitas Parahyangan, diterima sebagai mahasiswa kader dosen di Jurusan Teknik Sipil. Studi berkutnya di Asian Institue of Technology di Bangkok, dan studi ke jenjang doktor di Colorado State University, Fort Collins USA.

Sekarang telah menjadi profesor di bidang hidroteknik.
Selamat untuk Triweko, seorang teman yang konsisten dengan cita-citanya.

No comments: