Saturday, December 15, 2007

HUTAN KOTA PENYANGGA KEHIDUPAN WARGA KOTA

KOMPAS, JAWA BARAT, Sabtu 15 Desember 2007
Foto: Sobirin 2005, Hutan Kota Babakan Siliwangi

Oleh: MOHAMMAD HILMI FAIQ
Menurut Sobirin, hutan kota juga diartikan sebagai komunitas vegetasi berupa pohon keras tahunan yang tumbuh di lahan kota atau sekitarnya, berbentuk jalur, menyebar, atau bergerombol.




Kota Bandung terkenal sebagai kota sejuk. Kota yang berada di dasar cekungan mangkuk raksasa ini dikelilingi oleh pegunungan dan ditumbuhi jutaan pohon. Kondisi inilah yang memunculkan kesejukan. Akan tetapi, itu dulu.

Saat ini udara Kota Bandung relatif lebih sejuk jika dibandingkan Jakarta, tetapi sudah jauh lebih panas dibandingkan dua dekade lalu. Dulu, suhu maksimal di Kota Bandung hanya 25 derajat Celcius, kini mencapai mencapai 30 derajat Celsius. Penyebabnya, pertumbuhan penduduk yang makin pesat dan minimnya ruang terbuka hijau (RTH). Pada tahun 2003, RTH Kota Bandung hanya 1,5 persen dari luas wilayah.


Kenyataan ini mendorong Wali Kota Bandung Dada Rosada menyusun berbagai program untuk mengembalikan kerimbunan dan kesejukan kota. Program yang paling terkenal adalah Gerakan Sejuta Bunga dan Pembibitan Penanaman Pemeliharanan dan Pengawasan Lingkungan Hidup. Dalam program ini, semua pegawai negeri sipil diwajibkan menanam dan memelihara minimal satu pohon.


“Target kami pada tahun 2008 nanti RTH mencapai 11,1 persen, termasuk di dalamnya adalah hutan kota. Kalau dalam Perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah kan RTH minimal 10 persen,” kata Dada menjelaskan alasannya mencanangkan program tersebut, Jumat (14/12).

Anggota Dewan Pakar dari Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda, Sobirin menjelaskan, UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan RTH minimal 30 persen. Seluas 20 persen disiapkan pemerintah dan sisanya disiapkan warga kota. Saat ini luas RTH diperkirakan mencapai 7,9 persen atau sekitar 1.350 hektar.


Dari jumlah tersebut, luas hutan kota hanya sekitar 50 hektar dengan jumlah pohon sekitar 1 juta pohon. Hutan kota itu sendiri didefinisikan sebagai sekelompok tanaman yang 90 persen luasannya harus bervegetasi tanaman keras tahunan.


Menurut Sobirin, hutan kota juga diartikan sebagai komunitas vegetasi berupa pohon keras tahunan yang tumbuh di lahan kota atau sekitarnya, berbentuk jalur, menyebar, atau bergerombol (kompak dalam satu luasan lahan). Strukturnya menyerupai hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan satwa liar, dan menimbulkan lingkungan sehat, suasana nyaman, sejuk, serta estetis.


Satu hektar hutan kota sangat efektif untuk menetralisasi 736.000 liter limbah cair buangan dari 16.355 jiwa penduduk, menghasilkan 0,6 ton oksigen yang dapat menyegarkan 1.500 warga per hari, dan menyimpan 900 meter kubik air tanah per tahun. Satu hektar hutan kota juga mampu menguapkan air untuk kelembaban kota sebanyak 4.000 liter per hari, kesejukannya setara dengan pengurangan suhu 5 sampai 8 derajat Celcius, mampu meredam kebisingan suara 25 persen hingga 75 persen, dan meredam kekuatan angin sebanyak 75 persen.


Pohon tahunan


Di kota Bandung, kata Sobirin, kawasan yang bisa disebut hutan kota antara lain Taman Tegallega (5 hektar), Taman Lansia dan sekitar Gedung Sate (3 hektar), Kebun Binatang (4 hektar), dan Babakan Siliwangi (3 hektar). Sisanya antara lain hutan kota memanjang yang ada di sepanjang jalan, seperti Jalan Ir H Juanda dan Jalan Cipaganti.


Untuk menambah luasan RTH, Pemkot Bandung berupaya mengubah lahan bekas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cicabe dan TPA Pasir Impun menjadi hutan kota. Begitu juga dengan lahan bekas stasiun pengisian bahan bakar umum. Luas semua lahan mencapai 10 hektar. Sobirin mengusulkan agar pembangunannya dipercepat. Sebaiknya jangan hanya ditanami bunga semusim. ”Utamakan menanam pohon-pohon keras tahunan di lahan-lahan tersebut, ” kata Sobirin.

Menanggapi usulan ini, Dada menjelaskan Pemkot Bandung memang sedang berupaya menanam pohon keras tahunan yang produktif. Misalnya durian, manggis, dan mangga. ”Di kawasan Punclut sudah ditanami ribuan pohon jenis ini. Mungkin sepuluh tahun lagi sudah bisa dinikmati hasilnya. Ini obsesi saya,” kata Dada.

No comments: