Monday, January 21, 2008

BERAS ORGANIK, BERAS PRO LINGKUNGAN

BULOG MENJADI EKSPORTIR BERAS ORGANIK?
DPKLTS, 09 Januari 2008, Rapat dengan BULOG.

Foto: Sobirin 2007, Sawah Organik SRI dan Sajiboen Pakar DPKLTS
Disusun oleh: SOBIRIN
BULOG menjadi exportir beras organik? Mengapa tidak? Tanggal 9 Januari 2008 tim DPKLTS dibawah pimpinan Solihin GP dan tim BULOG dibawah pimpinan Direktur Utama Mustafa Abubakar membahas potensi ini.




ISSUE:
BULOG menjadi eksportir beras organik SRI


KONDISI SAAT INI:

Pertama: Petani padi mulai banyak yang “back to basic”, yaitu menanam padi secara seksama dengan metode SRI (System of Rice Intensification), hemat air, menggunakan kompos, tanpa pupuk kimia dan tanpa pestisida kimia. Rata-rata hasil sawah organik rakyat di atas 6 ton GKG (Gabah Kering Giling)/ hektar/ panen.

Kedua: Masyarakat petani padi organik SRI telah mampu berkreasi menyiapkan kompos berikut starter Mikro Organisme Lokal (MOL) secara mandiri. Namun demikian, masih ada saja pihak yang skeptis dan meragukan kesiapan volume kompos yang dibutuhkan.

Ketiga: Sertifikasi beras organik oleh lembaga terakreditasi masih mahal.


ANALISIS:

Pertama: Setiap kegiatan pertanian diperlukan kesiapan 4 unsur, yaitu: lahan, modal, ketrampilan, pasar. Khusus pasar (termasuk ekspor), diperlukan 3 unsur, yaitu: kuantitas, kualitas, kontinuitas.

Kedua: Bahwa gagasan, pembelajaran dan penerapan menanam padi organik SRI diawali di Jawa Barat sejak tahun 2000. Lahan sawah organik SRI di Jawa Barat paling luas dibanding dengan propinsi lain dengan jumlah petani SRI terlatih yang menjadi pelaku SRI telah mencapai 6.345 orang.
Ketiga: Luas lahan pertanaman padi organik SRI di Jawa Barat yang dipersiapkan bulan Februari dan dipanen bulan April 2008 adalah 442 Ha, dengan perkiraan produksi 2.652 ton GKP (Gabah Kering Pungut), atau setara 2.000 ton GKG atau setara 1.300 ton beras organik.

Keempat: Luas lahan pertanaman padi organik SRI yang dipersiapkan bulan Juni dan dipanen bulan Agustus 2008 adalah 1.200 Ha dengan perkiraan produksi 7.956 ton GKP atau setara 6.000 ton GKG atau setara 3.900 ton beras.
Kelima: Varietas yang di tanam untuk padi organik SRI terdiri dari 2 jenis yaitu : varietas Sintanur dan Ciherang, karena jenis Sintanur beraroma dan pulen, serta banyak diminati pasar lokal Jakarta, Bandung dan sekitarnya, sedangkan varietas Ciherang selain nasinya pulen juga bobotnya lebih berat dibanding jenis lainnya.

Keenam: Dengan pengelolaan ekosistem sawah yang serasi didasari pengolahan tanah tanpa pupuk dan pestisida kimia sebagai bioreaktor yang sehat, pengelolaan air yang hemat sesuai kebutuhan, dan perlakuan yang seksama terhadap tanaman, maka jumlah produksi per panen meningkat menjadi paling tidak 6 ton GKG/ hektar. Beras-nya pun menjadi jauh lebih sehat dan berkualitas, diantaranya: rasa lebih enak, tahan lama tidak cepat basi, pulen, kandungan protein dan karbohidrat lebih tinggi, kadar gula rendah, beraroma, tidak ada residu pestisida.

Ketujuh: Sebagai perbandingan harga beras organik per kilogram di pasar Singapura mencapai 4,00 dollar Singapura (Organic Red Brown Rice), di pasar London mencapai 4,50 poundsterling (Biona Organic Basmati Brown Rice ex India), di pasar Amerika Serikat mencapai 6 dollar USA (Organic Lundberg Freshly Hulled Short Grain Brown Rice). Bahkan Amerika Serikat ini sangat menghargai produk seni bertani padi organik, misalnya jenis padi organik Mahnomen per kg yang bisa mencapai 28,50 dollar USA (Mahnomen Smokey Wild Rice, hand picked in the USA by native Americans in canoes).

Kedelapan: Manakala trend pasar global terhadap produk pertanian semakin meningkat, maka sudah selayaknya Indonesia memanfaatkan potensi pertanian organik hasil seni bertani yang tinggi untuk masuk ke pasar global, ke negara-negara “penikmat” beras organik. Padi organik Indonesia sangat berpotensi bersaing dengan padi organik dari negara-negara lain, karena ke-khas-annya yang ditanam di sekitar garis katulistiwa dengan pancaran sinar matahari yang abadi. Dalam setiap pak beras organik Indonesia akan sangat menarik bila dilengkapi dengan penjelasan:

Beras organik SRI Indonesia:
Hasil karya seni bertani dengan arif, seksama, tanpa pupuk kimia dan tanpa pestisida kimia. Ditanam di sawah tropis di sekitar garis kathulistiwa, dng pancaran sinar matahari abadi. Menghasilkan beras organik kaya akan nutrisi sehat yg dibutuhkan oleh manusia.
Indonesia SRI organic rice: The art of agriculture by wise and conscientious creation, using no chemical fertilizer and no chemical pesticide. Planted in tropical paddy field in vicinity of equator line, where sunshine is everlasting. Producing organic rice rich of healthy nutrition essential for human beings.

ALTERNATIF PENANGANAN:

Pertama: Petani organik SRI memanfaatkan waktu senggangnya untuk membuat kompos dari jerami, semak-semak, dan kotoran hewan, sehingga kompos telah siap pada saat diperlukan. Waktu senggang petani menjadi sangat berharga dengan berkreasi membuat kompos. Di setiap luasan sawah organik ini perlu di kembangkan konsep “saung kompos” atau “gubuk kompos” sebagai gudang penyimpan kompos.

Kedua: Apalagi bila seperempat dari total lahan sawah disiapkan untuk tanaman sumber biomasa, hutan lokal, tanaman pakan ternak berikut ternaknya, maka dijamin kompos akan mencukupi kebutuhan. Seperempat luasan dari total lahan sawah ini juga menjadi hunian predator yang akan mengamankan sawah dari hama-hama yang mengancam. Sisanya yang tiga perempat dari total luas lahan bisa ditanami padi organik SRI dengan seksama dan aman.

Ketiga: Diperlukan political will pemerintah, pendidikan kepada masyarakat, serta budaya untuk kembali “back to basic”, mulai dari membuat kompos hingga tata cara menanam padi organik SRI dengan seksama.

Keempat: DPKLTS (Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda) dan AOSC (Aliksa Organic SRI Consultant) akan menangani mutu proses di lapangan (on-farm), sedangkan BULOG akan memproses penggilingan dan pengepakan dengan peralatan BULOG (off-farm). Kerjasama antara DPKLTS, AOSC, BULOG merupakan team work yang bersinergi dengan sasaran petani SRI akan mendapat untung besar dan sejahtera.

Kelima: Perlu dicari proses sertifikasi yang relatif cepat, murah, dan berlaku untuk kegiatan ekspor padi organik SRI.
Keenam: Saat ini PT Golden Arrow Indonesia mencoba memasarkan untuk ekspor beras organik dengan harga Free On Board (FOB) ke Malaysia 2,50 dollar USA/kg, ke Singapura 2,30 dollar USA/kg, ke Brunei 3,00 dollar USA/kg. Perlu dihitung kembali harga ekspor ke negara-negara lain baik baik secara FOB, atau CFR (Cost and Freight), CIF (Cost Insurance and Freight), atau yang lain sesuai kesepakatan dengan negara pengimpor.

REKOMENDASI OPERASIONAL:
Pertama: Segera direview kembali hasil rapat ini, dan sebelum akhir Januari 2008 telah ada laporan tentang langkah-langkah yang telah dilakukan oleh masing-masing pihak, antara lain masalah proses di lapangan dan sertifikasi.

Kedua: Contact Person BULOG: Mohammad Ismet PhD (Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis) dan Abdul Waris Patiwiri (Direktur Pelayanan Publik).

Ketiga: Contact Person DPKLTS: Dr. Ir. Mubiar Purwasasmita, AOSC: Ir. Alik Sutaryat, atau bisa melalui e-mail SOBIRIN (sobirindpklts@yahoo.com).

Notulen disusun oleh: SOBIRIN

Berdasar hasil rapat tanggal 09 Januari 2008 di Kantor BULOG Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 49 Jakarta 12950, Indonesia.

Dari DPKLTS dan AOSC dipimpin oleh Solihin GP (Ketua Dewan Penasihat DPKLTS) dan dari BULOG dipimpin oleh Mustafa Abubakar (Direktur Utama Perum BULOG).

1 comment:

luki lukman said...

setelah selang beberapa bulan pertemuan dengan BULOG ini, apakah mereja setuju menjadi eksportir beras SRI ini ? lalu selain itu lembaga mana saja yang menerima beras SRI, sehingga petani bisa menjual berasnya dengan aman, tanpa kebingungan menjualnya ?