Monday, January 07, 2008

JABAR BERPOTENSI TERKENA BANJIR

Pikiran Rakyat, 7 Januari 2008, CA-170
Foto: Harry Surjana, PR, 7 Januari 2008, Banjir Bandung


Sobirin menuturkan, rumus matematika banjir, yakni banjir ditambah longsor sama dengan curah hujan ditambah kualitas lingkungan. "Kita tidak bisa mengendalikan curah hujan. Untuk itu, kualitas lingkungan yang harus kita perhatikan," ujarnya saat dihubungi via telefon, Sabtu (5/1).





BANDUNG, (PR).-
Semakin kurangnya kawasan lindung di Jawa Barat, menyebabkan Jabar berpotensi terkena banjir. Anggota Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda, Sobirin mengatakan, Jabar kini memiliki kawasan lindung 45% yang terdiri atas hutan dan di luar hutan. Dari jumlah itu, hanya 18% kawasan lindung yang berupa hutan dan non hutan yang masih berfungsi.

Ia menuturkan, rumus matematika banjir, yakni banjir ditambah longsor sama dengan curah hujan ditambah kualitas lingkungan. "Kita tidak bisa mengendalikan curah hujan. Untuk itu, kualitas lingkungan yang harus kita perhatikan," ujarnya saat dihubungi via telefon, Sabtu (5/1).

Menurut Sobirin, terdapat tiga konsep dalam penanggulangan banjir. Pertama, menyingkirkan air dari manusia. Hal ini akan sangat mahal, sulit untuk dilaksanakan. Kedua, menyingkirkan manusia dari air. Ini berarti melakukan relokasi yang juga membutuhkan biaya yang sangat besar. Terakhir, hidup harmonis bersama alam dan air. "Ini yang bisa dilakukan," ucapnya.

Dengan banyaknya kejadian banjir sejak akhir 2007 hingga awal tahun ini, Sobirin berharap pemerintah memberi perhatian khusus untuk masalah lingkungan. Sudah sewajarnya APBD dan APBN memberikan alokasi yang cukup untuk perbaikan lingkungan.

"Telemetring"

Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air (Pusair) Departemen Pekerjaan Umum Arie Setiadi Moerwanto menjelaskan, curah hujan yang tinggi tahun ini menjadi pemicu terjadinya banjir. "Banjir di Solo ini lebih besar dibandingkan dengan banjir yang terjadi pada 1966. Hujan yang terjadi juga merata," tutur Arie di ruang kerjanya, Sabtu (5/1).

Pusair melakukan sejumlah penelitian dalam rangka pengendalian banjir. Di antaranya, penggunaan telemetring untuk meramalkan banjir. Telemetring merupakan sistem pengukuran jarak jauh yang mampu memberikan informasi tinggi permukaan air di sungai sehingga bisa diketahui penambahan debit air tiap jamnya. "Ketika debit air di atas normal bisa segera diinformasikan dan segera diambil tindakan," kata Arie menjelaskan.

Soal drainase Bandung yang disinyalir menyebabkan banjir, Arie mengatakan, bangunan baru di Bandung tumbuh cepat dan tidak menyesuaikan dengan drainase yang ada. Hal ini membuat air hujan tidak dapat terserap dengan baik oleh tanah karena daerah serapan telah berubah menjadi perumahan dan gedung bertingkat. (CA-170)***

No comments: