Sunday, May 04, 2008

MIMPI JADI SAUDAGAR

Pikiran Rakyat Online, 5 Mei 2008, Endi Sungkono/"PR"
Foto: Sobirin 2007, Curug Jompong di Sungai Citarum

Meski rencana ini ditentang pakar lingkungan, Ir. S. Sobirin, saya tetap optimistis. Saya bahkan telah menyiapkan nama penggantinya, yakni Curug Ompong. Terlebih tahun depan berlangsung pemilu legislatif, para kandidat di Kab. Bandung, pasti akan berkampanye bertajuk banjir Citarum.



Jika Kwik Kien Gie, mantan Ketua Bappenas era Presiden Megawati, bermimpi menjadi konglomerat, saya malah bermimpi jadi saudagar Sunda. Tak dimungkiri, isi mimpi itu terinspirasi artikel Kwik, meski ada beberapa perbedaan dalam mewujudkannya. Kwik menjadi konglomerat dengan modal dengkul, menipu pemerintah, dan main bursa saham. Kalau saya agak santun.

Perbedaan itu, bukan lantaran saya masih memiliki sedikit nurani, tapi karena era sudah berubah. Pemerintah, akuntan publik, Bank Indonesia maupun Bapepam tidak mudah ditipu lagi, seperti ketika Kwik membuat artikelnya tahun 1989.
Kiat saya menuju saudagar memang agak unik. Untuk mewujudkan mimpi itu saya akan membeli Curug Jompong yang lokasinya di hilir Sungai Citarum, Kab. Bandung seharga Rp 500 juta.

Supaya kuat, harus ada sertifikatnya. Mengurus semua itu pasti bukan pekerjaan mudah, tapi saya optimistis. Toh puluhan rumah dinas untuk pejabat eselon I, yang nilainya puluhan miliar rupiah bisa dialihkepemilikan. Ribuan hektare hutan lindung bisa dialihfungsikan. Jaksa yang tengah menangani kasus yang menjadi sorotan publik, masih bisa disuap. Terlebih ini hanya sebuah curug yang jarang dipedulikan.


Saya membeli Curug Jompong, karena kata Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jabar Iding Srihadi, jadi penyebab air Citarum meluap setiap turun hujan lebat. Satu-satunya cara untuk mengatasi banjir Citarum, Curug Jompong harus dipangkas.
Meski rencana ini ditentang pakar lingkungan, Ir. S. Sobirin, saya tetap optimistis. Saya bahkan telah menyiapkan nama penggantinya, yakni Curug Ompong.

Terlebih tahun depan berlangsung pemilu legislatif, yang diikuti presiden serta wakil presiden. Para kandidat saat kampanye di Kab. Bandung, daerah pemilihan potensial, pasti akan berkampanye bertajuk banjir Citarum.
Jika pemangkasan curug sudah jadi janji politik, tinggal tunggu waktu saja untuk menjadi saudagar. Saya akan menawarkan curug tersebut kepada pemerintah Rp 5 miliar.

Penawaran sebesar itu, karena saya sudah menyiapkan proposal yang dibuat para ahli yang "mata duitan". Di Curug Jompong seolah akan dibangun wisata air yang indah dan nyaman dilengkapi sejumlah vila dengan investasi miliaran rupiah. Proposalnya sudah masuk ke sebuah bank dan disetujui akan diberi kredit, karena kebetulan direktur utamanya sahabat. Sehingga kalau mau membeli Curug Jompong berarti harus termasuk ide-ide saya yang cemerlang.
Tak ada pilihan lain bagi pemerintah kecuali memenuhi keinginan saya.

Namun, saat tinggal menandatangani akta jual-beli dan transfer uang Rp 5 miliar ke rekening, tiba-tiba muncul makhluk berwarna putih. Ia mengaku jin Islam yang suka bermain di curug tersebut. Dia mewanti-wanti, boleh saja mengganti nama jadi Curug Ompong atau apa saja, tapi jangan dipangkas. Banjir Citarum bukan karena Curug Jompong, tapi ulah manusia. Silakan kamu baca berkali-kali Surat Arrum: 41 "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan manusia...."


Saya akhirnya terbangun. Bermimpi jadi saudagar Sunda urung. Saya juga menjadi tersadar, alam marah seperti terjadinya banjir dan kekeringan, iklim tak menentu, karena ulah manusia. Saya takut, jika Curug Jompong dipangkas akan menimbulkan efek negatif yang tak diduga. Lebih baik menata bagian hulu daripada memangkas curug. (Endi Sungkono/"PR")***

No comments: