Thursday, May 22, 2008

PEMAPASAN CURUG JOMPONG

TIDAK AKAN ATASI MASALAH BANJIR BANDUNG
KOMPAS.com, Rabu, 21 Mei 2008, A01

Foto: Sobirin 2006, Curug Jompong, Citarum

Menurut Sobirin, jumlah penduduk di cekungan Bandung hingga tahun 2005 mencapai 7 juta jiwa dan setiap tahun terus bertambah. Pertambahan jumlah penduduk ini memunculkan sejumlah permukiman baru, sehingga mengurangi kawasan lindung yang seharusnya menjadi lahan resapan air.




BANDUNG, RABU - Wacana pemerintah Provinsi Jawa Barat mengatasi genangan air banjir di daerah cekungan Bandung melalui pemapasan Curug Jompong tidak akan mengatasi permasalahan. Langkah tersebut justru akan menimbulkan permasalan baru, seperti erosi, terbuangnya sumberdaya air di cekungan Bandung, dan masuknya sedimentasi dalam jumlah besar ke Waduk Saguling.

Anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung T Bachtiar, Rabu (21/5) di Bandung mengungkapkan, bila pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) melakukan pemapasan Curug Jompong sedalam tiga meter, maka sedalam itu pula dasar Sungai Citarum akan tergerus. Akibatnya, terjadilah arus erosi ke hulu yang akan membawa jutaan kubik lumpur ke hilir.


"Aliran air akan bertambah cepat dan memicu erosi yang lebih cepat pula sehingga ekologi sungai akan rusak dan volume sedimentasi di Waduk Saguling cepat bertambah, " ungkap Bachtiar. Karena tingginya endapan lumpur di Waduk Saguling yang berlangsung tiba-tiba, maka volume air akan berkurang sehingga kapasitas listrik melemah.

Menurut Bachtiar, jika permukaan Curug Jompong diturunkan sekitar tiga meter, maka sedalam itu pula dasar Sungai Citarum akan tergerus ke hulu dan endapan lumpur sepanjang 30 kilometer akan berpindah ke Danau Saguling.


Manajer Lahan dan Waduk PLTA Saguling Djoni Santosa mengatakan, setiap tahun Waduk Saguling menerima endapan lumpur dari hilir sebanyak 4,2 juta meter3. Menurutnya, jumlah ini sudah melebihi kapasitas awal yang hanya 4 juta meter3 endapan per tahun. Bahkan, selama 23 tahun beroperasi, endapan yang telah masuk ke Waduk Saguling sebanyak 84,8 juta meter3.

"Kantong lumpur yang tersedia di Waduk Saguling sebesar 167, 7 juta meter3 dan sekarang sudah masuk 84,8 juta meter3. Jika penurunan Curug Jompong benar-benar terealisasi, maka waduk akan cepat terisi lumpur sehingga produksi listrik untuk Jawa dan Bali terancam berhenti, " kata Djoni.


Supervisor Senior Pemeliharaan Sipil PLTA Saguling Pitoyo Punu menambahkan, Waduk Saguling memiliki kapasitas sebesar 700 Mega watt. Kapasitas tersebut mampu memproduksi daya listrik sebesar 2.156 Giga watt hour. "Dengan keberadaan PLTA Saguling yang mengandalkan air sebagai penghasil energi, negara dapat menghemat sekitar 646,8 juta liter solar per tahun, " tambahnya.

Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Sobirin mengatakan, banjir merupakan permasalahan kompleks. Karena itu, pemapasan Curug Jompong bukanlah satu-satunya solusi. Akar permasalahan banjir adalah terjadinya degradasi kawasan lindung di hulu. "Curug Jompong adalah benteng hilir cekungan Bandung yang harus dipertahankan, " ucapnya.


Menurut Sobirin, jumlah penduduk di cekungan Bandung hingga tahun 2005 mencapai 7 juta jiwa dan setiap tahun terus bertambah. Pertambahan jumlah penduduk ini memunculkan sejumlah pemukiman-pemukiman baru sehingga mengurangi kawasan lindung yang seharusnya menjadi lahan resapan air.


Karena itu, Pemprov Jabar harus mampu mengkoordinasi kabupaten dan kota yang berada di cekungan Bandung dan melakukan kebijakan pemulihan kawasan lindung cekungan Bandung. Sobirin menawarkan beberapa solusi, antara lain pemeliharaan mata air, sungai , dan situ, perbaikan drainase air di perkotaan, serta pembuatan pemukiman daerah banjir dengan model rumah panggung.


Bachtiar menambahkan, pencegahan banjir di cekungan Bandung harus dilakukan secara sinergis mulai dari hulu ke hilir. Selain itu, pemerintah harus tegas membuat pembatasan wilayah cagar alam serta menggalakkan gerakan peremajaan tanaman secara serentak dan bukan sekadar seremoni belaka.(A01)

No comments: