Friday, July 20, 2007

MILIARAN KUBIK AIR HILANG

Air Waduk Tak Cukup untuk Sawah
KOMPAS, Nusantara, 20 Juli 2007, (YNT/MKN/CHE/HEN/ONI/MAS)
Foto: Sobirin, 2007, DAS Cimanuk Hulu, Tidak Konservatif


"Jabar dengan penduduk sekitar 40 juta jiwa membutuhkan 17 miliar meter kubik air untuk keperluan makan dan minum, serta sumber daya energi," kata Sobirin.

Bandung, Kompas - Kerusakan yang berdampak pada minimnya kemampuan hutan dan lahan dalam menyimpan air membuat Jawa Barat kehilangan potensi sumber daya air sebanyak 73 miliar meter kubik pada musim kemarau. Padahal, Jabar memiliki air sebanyak 81 miliar kubik air di musim hujan.

Demikian dikatakan Anggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Sobirin di Bandung, Kamis (19/7). Jabar memiliki 1,7 juta hektar kawasan lindung dan 600.000 lahan kritis. Kerusakan hutan membuat Jabar hanya memiliki potensi sumber daya air sebanyak 8 miliar meter kubik saat kemarau.

"Jabar dengan penduduk sekitar 40 juta jiwa membutuhkan 17 miliar meter kubik air untuk keperluan makan dan minum, serta sumber daya energi," kata Sobirin.

Bukti buruknya kawasan lindung tampak di sekitar daerah aliran sungai (DAS). Menurut Sobirin, DAS Citarum seluas 600.000 hektar idealnya ditopang 300.000 hektar hutan. Kenyataannya, kawasan lindung Citarum hanya 60.000 hektar. Hal yang sama juga terjadi di DAS Cimanuk, Cilaki, dan Cikandang.

Pada awal kemarau ini, petani di Jabar, terutama di pantai utara (pantura), sudah khawatir sawah mereka akan kekurangan air. Kekhawatiran itu antara lain ada pada petani Kabupaten Karawang yang baru memulai tanam pertama musim kemarau.

Ketua Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jabar Sutrisna mengatakan, pantura Jabar yang irigasinya mengandalkan waduk, rawan kekeringan. Padahal, pantura adalah penghasil beras terbanyak di Jabar.

Agar masalah kekeringan dapat dikurangi, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Jawa Barat Rudy Gunawan meminta pemerintah memperbaiki infrastruktur.

Tak cukup

Adapun Direktur Jenderal Tanaman Pangan Deptan Sutarto Alimoeso mengkhawatirkan volume air waduk tidak akan cukup mengairi sawah yang berada di ujung pengairan (tail area).

Di Jabar, tail area ada di sebagian sawah di Subang, Karawang, Indramayu, dan Cirebon. Jawa Tengah meliputi sebagian Tegal, Pemalang, Demak, Pati, Grobogan, dan Blora. Jawa Timur meliputi sebagian Ngawi, Tuban, Bojonegoro, dan wilayah pesisir.

Di Kecamatan Gunungpati, Semarang, Jateng, warga Dusun Talunkacang, Kelurahan Kandri, mengatasi penyusutan debit sungai dengan membuat kincir air. Kincir itu dimanfaatkan untuk mengalirkan air Sungai Kreo ke sawah. Di Kabupaten Madiun, Jatim, sejak tiga pekan ini, petani Kecamatan Wungu dan Dagangan mengantre air irigasi empat hingga lima hari.
(YNT/MKN/CHE/HEN/ONI/MAS)

No comments: