Wednesday, May 02, 2007

TUNGGU KEPUTUSAN MENDIKNAS


Pikiran Rakyat, 23 Juni 2005
Foto: WPL-BPLHD Jawa Barat, 2002
Penegasan tersebut, sekaligus menanggapi komentar anggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), Sobirin, sehari sebelumnya.

BANDUNG, (PR).-

Wali Kota Bandung Dada Rosada menegaskan, rencana memasukkan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum sekolah dasar (SD) masih menunggu keputusan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas). Usulan yang pertama bergulir dari Kota Bandung pada konvensi lingkungan hidup pelajar se-Kota Bandung Maret lalu itu, sudah mendapat sambutan dari Menteri Lingkungan Hidup (LH).

"Masalah ini oleh Kementerian LH disampaikan ke Mendiknas untuk dimasukkan ke dalam kurikulum. Adanya kerja sama antara Kementerian LH dan Depdiknas, kan membuat kita enak dalam menerapkan kurikulum itu," ujar Dada, Rabu (22/6) di Bandung.

Penegasan tersebut, sekaligus menanggapi komentar anggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), Sobirin, sehari sebelumnya.

Dada menambahkan, meski belum ada keputusan namun setiap sekolah di Kota Bandung mulai SD-SMA/SMK, sudah menerapkan pendidikan lingkungan. "Piceun kulitna, tuang buahna, pelak sikina, sudah dilakukan para pelajar kita. Pak Sobirin mungkin belum tahu," tambahnya.

Secara terpisah, Kepala Disdik Kota Bandung Edi Siswadi menilai, pernyataan Sobirin tendensius, apriori, sepihak, serta skeptis. Padahal, program eco school dan green school sesuai political will wali kota dalam mewujudkan Kota Bandung yang bersih, hijau dan berbunga, sudah dilakukan para siswa SD hingga SMA/SMK.

"Para pelajar terjun ke Sungai Cikapundung untuk membersihkan sampah, menanam pohon penghijauan, membuat taman di lingkungan sekolah, membuat sumur resapan, adalah bukti konkret pemkot dan komunitas pendidikan di Kota Bandung tidak asal omong" ujar Edi di ruang kerjanya.

"Kalau Pak Sobirin bertanya kenapa kurikulum belum diberlakukan, karena kita masih menunggu keputusan dari pusat. Meski demikian para guru sudah menyelipkan pendidikan lingkungan kepada para siswa dengan istilah pelajaran suplemen (tambahan)," kata Edi.

Kepala SMAN 3 Bandung, Tjutju Saputra menambahkan, pendidikan lingkungan telah diimplementasikan kepada para siswa sesuai konsep eco school dan green school. "Bahkan, praktik terhadap pelestarian lingkungan menjadi kegiatan ektra kurikuler," katanya.

Sementara itu, Sekjen Forum Aksi Guru Independen (FAGI) Kota Bandung, Iwan Hermawan menyatakan tidak setuju pendidikan lingkungan dimasukkan dalam kurikulum. "Para siswa sudah terbebani 14 mata pelajaran. Itu jumlah yang sangat banyak. Bandingkan dengan Amerika yang hanya lima mata pelajaran," ujar dia. (A-100)***

No comments: