Thursday, July 31, 2008

BANDUNG MASIH BUTUH HOTEL

WASPADAI KESEIMBANGAN LINGKUNGAN
KOMPAS, Jawa Barat, 31 Juli 2008, GRE
Foto: www.agoda.com, Sukajadi Hotel Bandung
Pemerhati lingkungan DPKLTS, Sobirin, berpendapat, kebutuhan air untuk hotel jauh melebihi kebutuhan air masyarakat umumnya. Standar kebutuhan air rata-rata 200 liter/orang/hari. Karena menjual jasa dan kenyamanan, penyediaan air untuk setiap tamu hotel berlipat ganda mencapai 300-500 liter/hari.



Bandung, KOMPAS - Pembangunan hotel di Kota Bandung masih dimungkinkan untuk menampung wisatawan yang selalu memadati ibu kota Provinsi Jawa Barat ini pada setiap akhir pekan dan hari libur. Jumlah hotel yang tersedia belum mampu menampung seluruh pengunjung yang datang berwisata dan keperluan bisnis.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Askary Wirantaatmadja, Selasa (29/7), mengatakan, tamu yang berkunjung ke Kota Bandung rata-rata 21.000 orang per hari. Jumlah tersebut melonjak pada akhir pekan menjadi rata-rata 61.000 per hari. Padahal, jumlah seluruh hotel di Kota Bandung baru sekitar 246 unit.


"Dengan kapasitas rata-rata setiap hotel sekitar 50 orang, seluruh hotel di Kota Bandung baru mampu menampung 12.500 tamu. Kondisi itu yang memunculkan banyak keluhan dari calon wisatawan yang mengaku kehabisan kamar hotel saat berkunjung ke Kota Bandung," ujar Askary.

Ia mengatakan, sekitar 22 investor sudah mengajukan izin pembangunan hotel baru di Kota Bandung. Dari jumlah itu, empat permohonan sudah disetujui. Permohonan lainnya masih dipelajari dan diteliti sejumlah instansi terkait.


Jangan gegabah


Meski demikian, Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat Nana Supriatna mengingatkan, pembangunan hotel di Kota Bandung berisiko mengganggu keseimbangan lingkungan. Alasannya, pembangunan setiap bangunan komersial, terutama hotel, membutuhkan persediaan air bawah tanah yang besar. Hal itu mengancam ketersediaan air bawah tanah di Kota Bandung.

"Kebutuhan air untuk setiap hotel rata-rata 150 meter kubik per hari. Angka ini jika dikalikan dengan jumlah hotel dan bangunan lain, seperti mal dan restoran, sangatlah besar. Pengeboran yang dilakukan untuk mendapatkan air bawah tanah juga telah mencapai 100 meter. Hal ini tentu berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem," ujar Nana.

Menurut dia, izin pembangunan hotel di Kota Bandung menjadi perhatian khusus BPLHD. Bahkan, di wilayah Bandung tengah, pengajuan perizinan pembangunan hotel seharusnya tidak disetujui lagi kecuali jika ada kerja sama antara pihak hotel dan Perusahaan Daerah Air Minum untuk mencukupi kebutuhan air di hotel tersebut. Selain itu, hotel-hotel baru juga dapat memasok air dari luar wilayah Bandung.


Pemerhati lingkungan hidup dari Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda, Sobirin, berpendapat, kebutuhan air untuk hotel jauh melebihi kebutuhan air masyarakat pada umumnya. Standar kebutuhan air setiap orang rata-rata 200 liter per hari. Karena menjual jasa dan kenyamanan, penyediaan air untuk setiap tamu di hotel berlipat ganda mencapai 300-500 liter per hari.


"Padahal, saat ini setiap orang hanya dapat mengonsumsi air hingga 45 liter per hari. Artinya, ketersediaan air di Kota Bandung sudah sangat memprihatinkan," ujar Sobirin.


Untuk itu, Sobirin meminta Pemerintah Kota Bandung berhati-hati mengeluarkan izin pembangunan hotel baru. Izin tersebut harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan, termasuk persediaan air. Penghijauan dan upaya konservasi di wilayah Bandung utara harus dilakukan segera untuk menambah pasokan air resapan yang selanjutnya juga dapat dinikmati di wilayah lain, seperti Bandung tengah. (GRE)

No comments: