Wednesday, July 23, 2008

PARA CALON BIDIK LINGKUNGAN

AIR BERSIH MASALAH KRUSIAL KOTA BANDUNG
KOMPAS, Jawa Barat, Selasa, 22 Juli 2008, MHF
Foto: Sobirin 2008, Kota Bandung Penuh Orang

Anggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Lingkungan dan Kehutanan Tatar Sunda, Sobirin, mengatakan, Kota Bandung terancam krisis air. Idealnya, dalam sehari setiap warga membutuhkan 200 liter air. Saat ini Kota Bandung hanya mampu menyediakan 40 liter per hari per orang.



Bandung, Kompas -
Ketiga pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Bandung memiliki perhatian khusus terhadap persoalan lingkungan hidup di Kota Bandung. Mereka telah memetakan permasalahan dan siap melaksanakan jalan keluarnya jika terpilih sebagai wali kota dan wakil wali kota.


Demikian antara lain yang mengemuka dalam dialog antarpasangan calon di Grha Kompas-Gramedia, Senin (21/7). Acara yang digelar oleh harian Kompas, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bandung, dan Bandung Spirit ini menghadirkan tiga pasangan calon, yaitu Dada Rosada-Ayi Vivananda, Taufikurahman-Deni Triesnahadi (Abu Syauqi), dan E Hudaya Prawira-Nahadi. Hadir pula beberapa tokoh dan aktivis lingkungan, seperti Tjetje Hidayat Padmadinata, Ny Popong Djundjunan, Sobirin, Memet Hamdan, dan Rahmat Jabaril.

Dalam kesempatan itu, Dada mengatakan, terdapat 34 permasalahan pokok Kota Bandung. Masalah ini dapat diselesaikan dengan tujuh program prioritas, yang salah satunya adalah lingkungan hidup.

Menurut Dada, beban Kota Bandung terus bertambah karena daya dukung lingkungan tidak sebanding dengan pertambahan jumlah penduduk. Saat didirikan pada tahun 1930, Kota Bandung hanya diperuntukkan bagi 200.000 orang. Setiap hektar tanah ditempati 60 orang. "Tapi, sekarang ini 1 hektar bisa ditempati 245 orang. Sangat padat," katanya. Luas Kota Bandung saat ini mencapai 16.000 hektar.


Ayi menambahkan, masalah lingkungan hidup dan tata ruang menjadi masalah bersama. Sebab, masalah tersebut tidak muncul begitu saja dalam lima tahun terakhir ini. Untuk itu, jika terpilih nanti, dia akan mengundang pakar lingkungan untuk turut menyelesaikan masalah lingkungan.


Anggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Lingkungan dan Kehutanan Tatar Sunda, Sobirin, mengatakan, Kota Bandung terancam krisis air. Idealnya, dalam sehari setiap warga membutuhkan 200 liter air. Saat ini Kota Bandung hanya mampu menyediakan 40 liter per hari per orang.


Menurut Ayi, minimnya air bersih bagi warga terjadi akibat penyedotan air bersih secara berlebihan oleh industri. Oleh karena itu, ke depan harus ada zonasi. "Perlu ditetapkan mana kawasan industri, permukiman, dan ruang terbuka hijau," ujarnya.

Masalah air krusial


Sementara itu, Taufik melihat, jika masalah ekonomi dan lingkungan Kota Bandung teratasi, semua masalah di Kota Bandung tuntas. Untuk mengatasi masalah lingkungan, Taufik menawarkan konsep kerja sama antarpemerintah daerah di kawasan Bandung Raya, yakni Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat. Keempat pemerintah daerah ini perlu memiliki pandangan yang sama dalam menata lingkungan di bawah koordinasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat.


Khusus untuk air bersih, Taufik dan Abu Syauqi melihat ini menjadi salah satu masalah krusial Kota Bandung. Masih banyak warga yang memanfaatkan air Sungai Cikapundung. Padahal, sungai ini sudah tercemar, baik oleh limbah industri maupun rumah tangga.


Untuk itu, Taufik mengusulkan perlindungan terhadap daerah tangkapan air, yakni kawasan Bandung utara. "Tujuannya, cadangan air bagi warga tercukupi sehingga tidak menggunakan air yang tercemar," ujarnya.


Hal senada diungkapkan Hudaya dan Nahadi. "Untuk mengamankan debit air, harus mengamankan daerah resapan air. Maka, kebijakan Punclut (kawasan Bandung utara) harus ditinjau kembali," tutur Hudaya. Selain itu, dia mengusulkan penambahan ruang terbuka hijau yang dibarengi dengan perawatan sumber mata air.


Di bidang tata ruang kota, Hudaya sepakat dengan adanya zonasi sehingga kota tidak semrawut. Dia mencontohkan Jalan Ir H Djuanda yang amburadul. Di sana terdapat rumah sakit, factory outlet, bengkel, sekolah, bank, dan rumah makan. "Banyak warga yang ke sana sehingga rawan macet," katanya. (MHF)

No comments: