Monday, August 13, 2007

DAS CIMANUK-CITANDUY TERANCAM

Akibat Langkanya Pepohonan di Sepanjang DAS
Pikiran Rakyat, 10 Agustus 2007, Ekonomi dan Keuangan, A-81
Foto: Sobirin 2004, S. Cimanuk, banjir dan keruh di musim hujan

Sementara itu, meluasnya kekeringan yang terjadi di Kab. Bandung, dinilai anggota Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPLKTS), Sobirin, sebagai efek utama dari meningkatnya aktivitas perusahaan pembangunan perumahan.

BANDUNG, (PR).- Pohon-pohon hutan yang biasa hidup di sepanjang daerah aliran sungai di Jabar, kondisinya terancam punah sejak sepuluh tahun terakhir. Padahal, pohon-pohon yang berada di sepanjang daerah aliran sungai itu, selama ini menjadi area tangkapan air.

Kepala Balai Pengelola Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Cimanuk-Citanduy, Harijoko, di Bandung, Kamis (9/8), mengatakan, kondisi ini disebabkan banyaknya masyarakat yang menebangi pohon-pohon tersebut untuk digunakan sebagai bahan bangunan. "Semakin minimnya keberadaan pohon-pohon hutan jenis itu di sepanjang DAS Cimanuk-Citanduy, menjadi salah satu penyebab aliran airnya semakin berkurang. Padahal, aliran sungai tersebut menjadi salah satu sumber alternatif irigasi bagi berbagai lahan sawah, terutama wilayah Sumedang, Indramayu, Majalengka, Garut, dan Tasikmalaya," katanya.

Untuk mencoba menyelamatkan populasi pohon-pohon hutan di sepanjang daerah aliran sungai, menurut Harijoko, BPDAS Cimanuk-Citanduy berencana membeli sejumlah bibit pohon jenis dimaksud dari masyarakat yang terpelihara baik. Ini sebagai salah satu upaya perangsang agar masyarakat mau dan dapat memelihara keberadaan berbagai jenis pohon hutan di sepanjang daerah aliran sungai.

Upaya lainnya, kata dia, dilakukan perbaikan lingkungan hutan dari kawasan BPDAS Cimanuk-Citanduy, dengan meluncurkan program "Sungai Biru". Ini sebagai upaya menyelamatkan lahan-lahan kritis kehutanan dan perkebunan di sepanjang daerah aliran sungai, selain keperluan pengairan, lingkungan, juga pertanian.

Dikatakan, saat ini tengah diinventarisasi atas berbagai lokasi yang dinilai mendesak dilakukan perbaikan lingkungan. Kerja sama dengan Pemprov Jabar dilakukan bersama Dinas Perkebunan yang sudah menjajaki 3.000-an hektare lahan di sepanjang DAS Cimanuk-Citanduy.

Efek pembangunan

Sementara itu, meluasnya kekeringan yang terjadi di Kabupaten Bandung, dinilai anggota Dewan Pemerhati Lingkungan Kehutanan Tatar Sunda (DPLKTS), Sobirin, sebagai efek utama dari meningkatnya aktivitas perusahaan pembangunan perumahan. Karena berbagai sumber cadangan air, termasuk sawah terus beralih fungsi, Kabupaten Bandung semakin berkurang sumber cadangan airnya.

"Situasi kekeringan di Kabupaten Bandung akan semakin bertambah dan parah, jika pemerintah setempat tak menghentikan izin pembangunan perumahan. Apalagi saat ini sudah dibagi dengan Kabupaten Bandung Barat, tentunya risiko berkurangnya sumber cadangan air dan mata air, akan terus terjadi, karena di Bandung Barat pun usaha bisnis perumahan terus merangsek banyak sawah dan sumber air," katanya.

Sebelumnya, Menteri Kehutanan, M.S. Ka'ban, mengatakan, Departemen Kehutanan tak segan-segan akan memerkarakan mereka yang berencana dan terlibat perusakan lingkungan kehutanan. Apalagi untuk daerah Jabar, sejauh ini dinilai sangat mendesak dilakukan perlindungan lingkungan hidup dan kehutanan.

"Perlu ditingkatkan peran pejabat daerah untuk mendukung pelestarian lingkungan, walau masyarakat yang sadar atas kelestarian indikasinya semakin meningkat," katanya beberapa waktu lalu. (A-81)***

No comments: