Friday, August 03, 2007

SUNGAI DI BANDUNG MEMPRIHATINKAN

Mata Air di Dago Resort Telah Hilang
KOMPAS, Jawa Barat, 03 Agustus 2007, MHF
Foto: Sobirin 2005, Balap Perahu dan Sampah di Cikapundung

Semua sungai di Kota Bandung dalam kondisi memprihatinkan. Perilaku masyarakat dan ketidaktegasan pemerintah dalam menegakkan aturan menjadi pemicu utama kerusakan lingkungan hidup, terutama sungai, demikian kata Sobirin anggota DPKLTS.


Bandung, Kompas - Semua sungai di Kota Bandung dalam kondisi memprihatinkan. Perilaku masyarakat dan ketidaktegasan pemerintah dalam menegakkan aturan menjadi pemicu utama kerusakan lingkungan hidup, terutama sungai. Demikian dikatakan anggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Sobirin di Bandung, Kamis (2/8).

"Kota Bandung dengan luas 16.730 hektar memiliki 15 sungai utama, dengan 32 anak sungai. Jadi, semua berjumlah 47 sungai. Semuanya kritis," ujarnya. Sungai-sungai tersebut antara lain Cikapundung, Cipamokolan, Cidurian, Cicadas, Cinambo, Ciwastra, Citepus, Cibedug, Curugdogdog, Cibaduyut, Cikahiyangan, Cibuntu, Cigondewah, Cibeureum, dan Cinanjur. "Sungai-sungai itu rusak karena daerah tangkapan air dirusak," kata Sobirin.

Menurut Sobirin, sungai-sungai kecil itu memiliki daerah tangkapan hujan di kawasan Bandung utara melalui lima sub-daerah aliran sungai (DAS). Sub-DAS tersebut adalah sub-DAS Cibeureum, Cikapundung, Cidurian, Cicadas, dan Cikeruh. Kondisi semua sub-DAS sangat memprihatinkan karena daerah di sekitarnya gundul dan beralih fungsi menjadi areal pertanian dan permukiman.

Di bagian hulu, lanjut Sobirin, jumlah mata air di Kota Bandung tahun 2001 mencapai 77 titik. Saat ini sebagian besar tidak lagi mengeluarkan air. "Mata air di Dago Resort bahkan telah hilang tertimbun lapangan golf. Padahal, mata air adalah salah satu ruh kehidupan sungai," katanya. Akibatnya, di Kota Bandung saat musim hujan kelebihan air dan banjir, sementara saat kemarau kekeringan.

Menurut Sobirin, pembangunan Kota Bandung hendaknya diarahkan pada pembangunan kualitas sumber daya, baik alam maupun manusia. Selain itu, harus ada kontrak ekologi antara warga dan alam melalui regulasi. Ini untuk mencegah terputusnya kesinambungan kehidupan Kota Bandung karena kerusakan lingkungan yang terus-menerus.

Menanggapi kondisi sungai tersebut, Sekretaris Komisi C DPRD Kota Bandung Muchsin Al-Fikri menilai, Pemerintah Kota Bandung belum serius memperbaiki kondisi sungai. Anggaran perbaikan sungai masih minim. Badan Pengendali Lingkungan Hidup Kota Bandung hanya menganggarkan Rp 1,4 miliar untuk pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Dinas Pengairan menganggarkan Rp 892 juta untuk normalisasi sungai. "Harus ada program yang jelas dan anggaran memadai untuk perbaikan sungai," katanya. (MHF)


Catatan:
Sungai Besar di Kota Bandung

Sungai Cikapundung, panjang 28 Km, debit rata-rata max 250 m3/det, min 12 m3/det.

Sungai Cikapundung Kolot, panjang 10 Km, debit rata-rata max 75 m3/det, min 4,5 m3/det.

Sungai Cipamokolan, panjang 18 Km, debit rata-rata max 40 m3/det, min 1,25 m3/det.

Sungai Cidurian, panjang 20 Km, debit rata-rata max 83 m3/det, min 1,25 m3/det.

Sungai Ciparumpung, panjang 10 Km, debit rata-rata max 20 m3/det, min 0,2 m3/det.

Sungai Cicadas, panjang 18 Km, debit rata-rata max 17 m3/det, min 0,6 m3/det.

Sungai Cihampelas, panjang 8,5 Km, debit rata-rata max 15 m3/det, min 0,7 m3/det.

Sungai Cinambo, panjang 7,3 Km, debit rata-rata max 15 m3/det, min 0,5 m3/det.

Sungai Citepus, panjang 6,5 Km, debit rata-rata max 50 m3/det, min 0,1 m3/det.

Sungai Cibeureum, panjang 12 Km, debit rata-rata max 38 m3/det, min 0,75 m3/det.

Sumber: Litbang Kompas (Luhur), diolah dari Dinas Pengairan Kota Bandung.

No comments: